Jumat, 16 Agustus 2019

Lomba Anak vs Ambisi Orang Tua

Pada bulan Agustus seperti sekarang ini bisa dipastikan hampir semua kampung mengadakan lomba khususnya lomba anak-anak. Mulai dari lomba yang sejak jaman saya kecil ada sampai lomba-lomba jaman now yang kreatif. Mulai dari makan kerupuk, pecah air, kupas telur puyuh, eatafet air dan masih banyak lainnya.

Maraknya lomba ini kadang diiringi oleh keinginan orang tua agar anaknya eksis alias menang di banyak lomba. Sah-sah saja memang, tapi kemarin saya tersentil story instagram senior saya. Kurang lebih intinya begini, "Lomba anak-anak? Kalau menang bagus. Tapi, coba tanya dulu anaknya, apakah dia happy?"Bener juga sih apa yang dia bilang. Apa tujuan dari lomba anak diadakan? Hadiah itu bonus, tapi anak bahagia itu yang paling penting.

Hari ini di kampung ada lomba anak-anak. Saya mencoba mengerem mulut, tangan, kaki, semuanya. Saya tidak pasang target. Anak mau ikut lomba saja saya sudah senang. Qiy masih dua tahun, belum perlu rasanya diajak berkompetisi. Saya kira dikenalkan dulu dengan keberanian. Berani ikut lomba saja sudah bagus.

Sebelum lomba tanya dulu sama Qiy, "Qiy mau ikut lomba hias sepeda?" Karena anaknya mau, saya bantu hias sepedanya. Paginya dia semangat sekali ikut pawai sepeda. Sampai sepedanya tidak boleh dipegang anak yang lain, takut rusak..hehe. Lomba hias sepeda aman, selanjutnya dia mau ikut lomba membawa kelereng dengan sendok. Ini agak susah untuk anak dua tahun. Tapi Qiy keren karena mau mencoba. Lalu lomba makan kerupuk, dia paling senang lomba ini karena favoritnya adalah kerupuk. Meski dengan bantuan tangan, Qiy cukup cepat menghabiskan kerupuknya. Itu saja lomba yang dia mau ikuti, lainnya tidak mau, lebih tepatnya dia malah asyik makan jajanan dari panitia.

Setelah lomba saya tanya, "Qiy senang?" Dia bilang, "Senang." Alhamdulillah. Qiy belum mengerti konsep juara dan kompetisi. Jadi buat apa saya teriak-teriak menyuruh Qiy makan kerupuk cepat-cepat? Saya hanya akan lelah berteriak dan Qiy jadi tantrum. Mungkin juga kalo Qiy besar dia akan bilang, "Ibuk aja yang ikut lomba biar menang".

Bagi saya sederhana saja, pastikan saja anak kita senang dan bahagia mengikuti rangkaian lomba. Tanamkan keberanian melalui lomba tersebut. Juga ajarkan anak agar mempunyai semangat dan pantang menyerah dalam melakukan sesuatu. Kalau menang, itu karena kerja kerasnya. Jangan lupa  berikan apresiasi. Kalau kalah, jangan pernah menghardiknya. Jiwa anak-anak itu lembut, sayang sekali hanya karena hadiah tak seberapa jiwa anak terluka. Biarkan ia belajar tentang kompetisi dengan caranya. Bukan dengan terus berada di sisinya saat lomba dan berteriak, "Ayoo, yg cepet..kamu harus menang!"

Jadi, sudahkah anak kita senang dengan lomba yang dia ikuti kemarin?

Sepeda hias Qiy

4 komentar:

  1. Setuju banget mbak...
    Ku juga lebih suka mengajarkan kerjasama dibanding lomba-lomba..

    BalasHapus
  2. Noted mba, catatannya menjadi pengingat sy juga. Anak berkompetisi baik dlm lomba 17an atau apapun yg penting dia berani dan happy dulu 😊

    BalasHapus
  3. Qiy sepedanya lucu bangett ... Bahagia nomer satu yaa mbaa...

    BalasHapus
  4. Iya nih betul.. kadang ortu yg lebih heboh dan menaruh harapan yaa hehe

    BalasHapus