Kamis, 25 Oktober 2018

ALIRAN RASA GAME LEVEL 2

Sepuluh hari mengajarkan kemandirian pada Qiyya mengingatkan saya akan sesuatu yaitu masa-masa di saat saya sekolah. Saat itu hampir setiap malam ibu berkata, "Seragame disiapke dewe, buku-bukune barang, ojo nganthi lali".  Sekarang, saya baru paham semuanya. Saat itu beliau mengajarkan kemandirian pada saya, mengajarkan saya agar tidak bergantung pada orang lain. Pernah suatu ketika  buku saya tertinggal di rumah. Ketika saya menyadarinya, ibu sudah berada di kantor dan tidak ada yang dimintai tolong untuk mengambilkan buku. Yak! Dimarahi guru? Itulah konsekuensi yang harus saya hadapi.

Melalui game level 2 kemarin, saya mengajarkan kemandirian pada Qiyya. Ada 3 hal yang saya ajarkan yaitu menggosok gigi terutama di malam hari, mampu mengutarakan keinginannya dengan baik, dan membereskan mainan. Alhamdulillah sudah ada kemajuan. Qiyya mau menggosok dan digosok giginya, meskipun harus dengan seribu rayuan. Dia pun mampu mengutarakan apa yang ia mau dengan baik, tanpa teriakan, tangisan dan tanpa marah-marah. Kami membuat rules bahwa saya tidak akan menuruti permintaannya jika tidak dikatakan dengan baik. Nah, bagian membereskan mainan sendiri ini masih PR bagi saya. Saya belum berhasil menumbuhkan rasa tanggung jawab akan mainannya sendiri.

Banyak yang saya pelajari dari game level 2 ini. Salah satunya adalah mengajarkan kemandirian pada anak dibutuhkan pendidik (dalam hal ini bisa ibunya) yang konsisten untuk mengajarkan kemandirian. Mengajarkan kemandirian pada anak tidak bisa instan. Butuh proses yang tidak sebentar. Untuk itu selain konsisten juga diperlukan kesabaran. Saya pun belajar bersabar dan konsisten dari game level 2 ini. Prinsip saya adalah, "Ajarkan kemandirian pada Qiyya sekarang, atau akan lebih sulit jika mengajarkannya ketika dia sudah dewasa".

Saya melihat, Qiyya yang bisa menggosok giginya sendiri atau Qiyya yang bisa membuang sampah sendiri menjadi lebih percaya diri. Ia bangga melakukan hal-hal tersebut sendiri. Itulah sebagian kecil manfaat kemandirian pada anak. Untuk jangka panjangnya tentunya adalah mempersiapkan Qiyya untuk tidak bergantung pada saya karena tidak selamanya saya bisa menemani Qiyya.

Rabu, 10 Oktober 2018

Melatih Kemandirian Hari ke 7

Kemandirian pada anak tidak muncul tiba-tiba. Ada proses yang harus dilalui si anak. Peran orangtua disini adalah memberikan stimulus dan terus memberikan dukungan.

Berikut percakapan saya (S) dan Qiyya (Q) pada hari ke 7 Qiyya belajar gosok gigi

S: "Gosok gigi yuuk"
Q: "Emoh, mau mimik cucu"
S: (langsung sodorin sikat ke Qiyya)
Q: (ambil sikat lalu gosok gigi)

Begitulah, semakin hari saya semakin mengerti bagaimana membujuk Qiyya untuk gosok gigi.

Kali ini langsung digiring ke kamar mandi.  Saya coba gosok gigi pakai sedikit pasta gigi. Alhamdulillah..meski ada yang tertelan sedikit..huhuuu.. Yeeay..target hari ini berhasil.. Besok coba gosok giginya 2 kali sehari yaa..pagi dan malam.. bismillah..

Selasa, 09 Oktober 2018

Melatih Kemandirian Hari ke 6

Sore tadi jalan-jalan sama Qiyya dan tantenya ke kota. Ibuk perlu membeli sesuatu. Jam 7 malam baru sampai rumah. Qiyya sudah tidur sejak di mobil tapi bangun lagi ketika sudah sampai rumah. Hampiiiir aja ga gosok gigi malam..hehe..

Malam ini butuh rayuan agak kenceng untuk gosok gigi karena Qiyya udah agak ngantuk. Alhamdulillah masih mau sikat gigi dan disikat giginya.

Malam ini agendanya sikat gigi pakai pasta gigi plus kumur2. Tapi berhubung karena sudah terlalu ngantuk  jadi gosok giginya kilat. Alhamdulillah anaknya masih mau kumur2. Kumur2nya pun belum sempurna, masih ada air yg tertelan jadi pakai air matang.

Alhamdulillah,  selalu bersyukur atas progres yang dibuat Qiyya, sekecil apapun itu..