Sabtu, 30 November 2019

Renungan Ibu

Semalam, mataku sulit terpejam. Kulihat wajah anak solehah tidur nyenyak di sampingku. Itu anakku, Qiy. Melihat wajah polosnya tiba-tiba air mataku menetes. Apakah aku sudah menjadi ibu yang baik? Apakah aku sudah memberikan haknya sebagai anak? Pikiran itu terus saja berkecamuk di benakku.

Kemudian terpikir...

Membesarkan Qiy, adalah membesarkan calon wanita hebat di masa depan. Membesarkan calon istri orang hebat. Membesarkan menantu yang keren. Membesarkan ibu yang keren di mata anak-anaknya kelak. Juga membesarkan wanita yang memiliki peran di masyarakat. Tentunya Qiy harus mempunyai karakter yang bagus.

Mendidik anak haruslah sesuai dengan zamannya. Membesarkan anak zaman sekarang tentu tidak bisa menggunakan pedoman zaman orang tua kita dulu. Sebagai orang tua dituntut untuk membaca situasi tahun-tahun mendatang.

Zaman orang tua kita dahulu, menjadi PNS adalah sebuah kemewahan. Tapi, di zaman anak kita nanti, tidak ada yang tahu. Di zaman sekarang saja trend sudah bergeser. PNS masih menjadi impian, tapi lebih banyak yang menjanjikan.

Aku tidak ingin mendoktrinnya untuk menjadi sesuatu. Aku ingin mengenalkannya tentang kerja keras, pantang menyerah, serta kreativitas. Zaman Qiy nanti pasti akan lebih keras. Siapa yang tidak bisa survive dia tak akan bisa sukses. Bagaimana karakter seseorang akan sangat menentukan nasibnya.

Pemahaman tentang agama itu nomer satu. Mau jadi apapun aku ridho, asalkan dia tetap berpedoman pada Islam, agama Allah. Selanjutnya adalah mendidiknya menjadi pribadi yang suka bekerja keras, pantang menyerah serta kreatif.

Semoga Allah selalu menjagamu dimanapun Qiy.


Rabu, 06 November 2019

Jadi Seorang Ibu

Dua tahun tujuh bulan sudah aku jadi ibu.. Baru sebentar memang, tapi selama waktu itu, banyak sekali hal yang mendewasakan aku..
Menjadi ibu itu bukan hanya soal hamil dan melahirkan, apalagi soal lahiran Sectio Caesaria (SC) atau normal. Kalau banyak yang mengira merasakan jadi seorang ibu itu jika sudah melahirkan normal. 

Sejauh yang aku rasakan, melahirkan itu ibarat seperti membuka gerbang sebuah perjalanan. Iya, baru sebatas membuka gerbangnya saja. Ibarat mau masuk ke sebuah bangunan, baru sampai si gerbang depan saja. 

Perjalanan masih panjang, menyusui, mpasi, toilet training, menyapih, babywearing, stimulasi tumbuh kembang, dll. Itu pun kalau mau dijabarkan satu per satu akan sangan panjang.

Aku masih sangat menyayangkan ada seseorang pernah bilang, "Belum merasakan jadi ibu kalau belum lahiran normal". Kalimat itu masih terngiang sampai sekarang. Suatu kali aku pernah merasa gagal karena aku melahirkan melalui SC. Serius lhoo, kalimat itu nylekit. Karena kalimat itu, aku pernah tanya sama diriku sendiri..
"Eh, apa lelahku nyusuin ASI eksklusif itu ga menjadikan aku ibu seutuhnya?"
"Apakah lelahku bikin mpasi homemade itu ga ada apa2nya?"

Saking sebelnya aku pernah bilang ke diriku sendiri, "Aku memang lahiran SC, tapi anakki ASI eksklusif 2 tahun, anakku mpasi homemade sampai 2 tahun, tumbuh kembang bagus, bicara lancar. MasyaAllah. Kalau kayak gini masih saja dibilang belum jadi ibu. Lalu anakku itu anaknya siapa? Wkwkwkkw. Lucu banget yak.. "

Harusnya memang yg bilang gitu dihempaskan aja yak..hehe.. Ibu habis melahirkan itu sensitif sekali.. yang diperlukan iti dukungan bukan kritikan. Saran dari saya, stop mempermasalahkan metode lahiran. Lebih baik dukung ibu habis melahirkan, tawarkan bantuan..

Sabtu, 05 Oktober 2019

Jogja bagi Kami

Aku: "Jogja itu tentang sebuah kerja keras dan perjuangan. Jogja itu belajar"
(Begitulah yang aku rasakan setiap kali memasuki kota ini. Menghirup udaranya, melihat pemandangan sekeliling. Aaaaaaah. Rasanya masih jelas sekali. Aroma perjuangan semasa kuliah)

Mas: "Sama, mas juga. Jogja itu perjuangan, perjuangan untuk lulus kuliah S2".
(Timpalnya tak mau kalah)

Aku: "Oke fix, kita punya kenangan yang sama tentang Jogja sekarang".


Sebuah percakapan singkat ketika dalam perjalanan ke Jogja. Menyamakan memori sepasang suami istri tentang sebuah kota yang orang-orang menyebutnya kota penuh kenangan. Jogja.

Kini memori kita tentang Jogja sama. Jogja adalah perjuangan dan kerja keras.

Terimakasih telah membangun memori untuk kita berdua. Untuk keluarga kita juga.

Kelak, aku sudah punya gambaran apa yang akan kuceritakan kepada anak cucuku tentang Jogja.


Jogja, 2 Oktober 2019

Rabu, 02 Oktober 2019

Cerita Menyapih Qiy

Saya deg2an ketika akan memulai menyapih beberapa bulan lalu. Antara yakin atau tidak. Iyaaa, saya ragu. Kenapa? Karena Qiy baru selesai toilet training 2 tahun kurang sebulan, dan rasanya ga mungkin 2 tahun tepat akan selesai menyapih. Pengennya sih santai  nanti-nanti aja dulu. Tapi selalu ada keinginan dari diri ini untuk segera menyapih. Hehee..
.
Akhirnya bulan April, Qiy 25 bulan mulai di-sounding untuk disapih. Sebelumnya says diskusi dulu dengan suami tentang sapih dan metode yang akan kami gunakan. Kami sepakat untuk tidak buru-buru, tidak memaksa anak, tidak berbohong, tidak menjauhkan ibunya, dan tidak menggunakan bahan yang dioles ke payudara seperti lipstik, jamu-jamuan, dan lainnya. Metode ini adalah pilihan kami sebagai orangtua dan insyaAllah terbaik untuk Qiy.

Suami bertanya, "Kapan target selesai menyusui?" Saya jawab sebelum lebaran. Kenyataannya adalah semakin saya sounding semakin dia ingin menyusu. Akhirnya saya pakai jurus, kalau dia minta berikan, kalau tidak jangan dikasih. Tapi, tetap saja ketika saya kelelahan atau tak sanggup menghadapi Qiy yg mengantuk, saya menawarkan ASI. Sampai akhirnya lebaran pun lewat.

Waktu berjalan terus, masih sounding, tapi masih menyusu juga. Meski frekuensi semakin lama berkurang, tapi jika akan tidur masih harus menyusu, hmmm mungkin mengempeng tepatnya. Membiasakan anak tidur dengan menyusu/mengempeng sepertinya membuat anak lebih lama disapih. Koreksi buat saya nih, agar kalau mempunyai anak lagi, dibiasakan tidur sesekali tanpa menyusu, bisa digendong atau ditimang.

Sampai Agustus kemarin, masih sama, perkembangan proses sapihnya lambat. Saya lelah. Tergoda mengoleskan jamu-jamuan. Tergoda untuk memberikannya adik. Kalau ada adik, mau tidak mau akan lepas dari ASI. Tapi semua belum saya lakukan, masih berusaha menjaga kesepakatan waktu dulu. Tapi, saya jadi sebel dan marah-marah tiap Qiy mengempeng. Suatu saat, Qiy menangis gara2 saya sebel dia mengempeng. Tapi, semakin saya sebel, dia semakin histeris nangisnya. Saya pun mengalah. Dia tertidur sambil menyusu dan saya menangis menyesali perbuatan saya. Saya sadar, bukan seperti ini caranya. Sudahilah dengan baik-baik. Bukankah dulu saya yg menginginkannya? Menyusui sampai 2 tahun? Bukankah harusnya saya bersyukur bahwa saya sudah menyusui selama 2 tahun lebih?

Setelah tenang, saya mulai mengatur strategi baru. Sounding yang semakin massive, usahakan Qiy kenyang sebelum tidur, berikan susu UHT lebih banyak dari biasanya (biasanya hanya 250 per hari), sibukkan Qiy karena jika ia bosan ia ingat menyusu. Tak lupa panjatkan doa kepada Allah agar dimudahkan.

September kemarin, beberapa kali Qiy tertidur dalam mobil tanpa menyusu. Suatu saat, Qiy tidak menyusu selama sehari lebih. Dia tertidur saat naik mobil (duduk di carseat dan tertidur). Baru beberapa waktu ini dia suka duduk sendiri di carseatnya, sebelumnya ga betah.

Saya dan suami melihat ini adalah momen yg berharga untuk menyapih. Meskipun beberapa hari ke depan kita akan bepergian dan Qiy sedikit batuk. Namun, saya rasa tidak masalah untuk Qiy. Dia tidak susah makan dan tidak demam.

Saat itu kita ke Cirebon dan Qiy tidak menyusu 30 jam. Namun, malam harinya masih rewel saat mengantuk. Akhirnya karena tidak tega, saya menyusuinya. Esoknya dia menyusu 2 kali  saja, karena bosan di hotel dan lelah bermain seharian. Tapi, ada kemajuan, ia mau tidur digendong. Betapa senangnya saya saat itu. Sewaktu di kereta pun dia tidur tanpa menyusu, hanya di pukpuk.

Namun besoknya masih menyusu sekali dua kali. Namun jika tidur sudah mau digendong. Sebuah perkembangan yang signifikan. Saya lupa tepatnya kapan Qiy terakhir menyusu. Antara 25 atau 26 September. Meskipun sampai sekarang masih minta, tapi sudah bisa ditolak atau dialihkan. Tidur pun sekarang sudah tidak digendong lagi. Tidur sendiri di kasur sudah bisa. Awalnya susah bobo siang, sekarang sudah bisa, bobo sendiri pula. Masya Allah. Semua ini tak lain berkat kemudahan yg diberikan Allah.

Bila saya ringkas, poin-poin penting saat menyapih adalah:

1. Pastikan orangtua siap
2. Diskusikan metode menyapih yang akan digunakan dengan suami, agar kita mendapat bantuan dan dukungan
3. Pahami kondisi kesehatan anak. Penuhi nutrisi anak.
4. Jangan terlalu memaksa anak. Dari meyapih ini, anak dan ibu sedang membentuk komunikasi dan kesepakatan . Hal ini berguna bagi keduanya untuk menyelesaikan konflik lebih besar di masa depan.
5. Berdoa kepada Allah. Dari-Nya lah segala kemudahan dan kekuatan berasal.
6. Sounding dan sabar.
7. Ajak anak berkegiatan untuk mengalihkannya dari menyusu.
8. Hindari posisi ibu yang membuat anak teringat akan menyusu. Qiy timbul keinginan menyusu kalau saya rebahan. Jadi saya menghindari posisi ini jika bersama Qiy.
9. Ajak suami bersama-sama menyapih.

Akhirnya Qiy pun lepas dari menyusu. Setelah selesai menyusu, saya merasa dia semakin sadar bahwa dia semakin besar, ada hal yang sudah tidak perlu dia lakukan dalam hal ini menyusui. Kesadaran ini terbentuk dari proses selama kita menyapih. Alhamdulillah.. selamat bertumbuh besar Qiy. Anak yang selalu hebat.

Sekian cerita dari ibook Qiy, semoga bermanfaat 😁

Kamis, 12 September 2019

Terimakasih Pak Habibie

Siapa tak mengenal beliau? Kiprahnya begitu luar biasa di Indonesia dan luar negeri. Saya tahu nama beliau sejak ada lagunya Joshua yang liriknya, "ingin jadi profesor, bikin pesawat terbang seperti Pak Habibi". Sejak saat itu saya tahu bahwa beliau pembuat pesawat. Semakin tahu lagi ketika beliau menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia. Kemudian semakin mengidolakan beliau, juga Bu Ainun setelah membaca buku beliau, "Ainun", dan menonton film Habibie dan Ainun.

Apa yang membuat saya begitu terkesan dengan beliau? Ketulusan dan kegigihannya dalam setiap hal. Coba lihat kembali, bagaimana gigihnya beliau "mendapatkan" Bu Ainun. Atau gigihnya beliau membuat pesawat terbang pertama Indonesia. Juga saat beliau berjuang menyelamatkan rupiah kala itu. Kalau bukan karena beliau yang begitu tulus berjuang untuk Indonesia, tidak akan ada cerita Indonesia pernah membuat pesawat terbang sendiri.

Terlintas dalam pemikiranku malam ini. Seandainya saja banyak orang Indonesia yang tulus berjuang untuk negara ini, juga jenius seperti beliau. Mungkin di bandara-bandara Indonesia sudah banyak pesawat buatan Indonesia yang bisa mengantar kita sampai pulau-pulau kecil. Maafkan kami yang tak bisa mengimbangi cara berpikirmu Pak. Ah iya, mungkin juga Indonesia sudah naik peringkat dari negara berkembang menjadi negara maju.

Apa lagi yang khas dari beliau? Apalagi kalau bukan cintanya yang tak lekang waktu pada Bu Ainun. Banyak sekali kisah yang bisa kami ambil dari Pak Habibie dan Bu Ainun. Banyak sekali wanita yang ingin mempunyai pasangan seperti Pak Habibie. Saya pun. Hmm, tapi kemudian ingat, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Juga, dibalik laki-laki sukses ada wanita hebat di belakangnya. Lalu muncul pertanyaan untuk diri sendiri. Apakah saya sudah sebaik Bu Ainun? Sudahkah saya sehebat Bu Ainun dalam mendampingi suami dan anak?

Yang saya ingat dari Bu Ainun adalah, bagaimana beliau tulus ikhlas melepas pekerjaannya sebagai dokter dan mengabdi sepenuhnya untuk keluarganya. Benar-benar menjadi inspirasi saya sehingga saya ikhlas melepas "apotekerku" untuk berjuang pada keluargaku.

Saya begitu merasa kehilangan sekali hari ini. Tak terasa air mata mengalir mendengar televisi mengisahkan kiprah Pak Habibie. Bapak bangsa yang sangat layak untuk dikenang. Terimakasih sudah menjadi teladan untuk saya, Pak Habibie juga Bu Ainun. Semoga Allah mengampuni semua dosa bapak dan ibu dan menempatkan di tempat terbaik di sisi Allah Swt. Aamiin.

Rabu, 28 Agustus 2019

Aliran Rasa "Membangkitkan Fitrah Seksual Pada Anak"

Bagi saya, ini adalah tantangan paling seru selama kelas bunda sayang. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari grup dipenuhi ratusan chat. Kalo telat 3 hari saja sudah ribuan chat.

Menurut saya, kenapa grup bisa seramai itu karena tema yang menarik dan metode pembelajaran yang berbeda. Dalam level ini kami diminta untuk berdiskusi dan mempresentasikan apa yang didiskusikan kepada grup lain.

Tiap kelompok menyuguhkan presentasi terbaiknya. Kelompok awal pun, walaupun terbatas waktu persiapannya dapat memberikan yang terbaik. Semakin hari presentasi semakin baik. Ada yang membuat video juga. Walaupun sudah jadi ibu-ibu tetap harus kreatif ya :)

Berkat diskusi di level ini, saya semakin aware dengan fakta-fakta betapa 'mengerikan' dunia zaman sekarang. Sungguh berat tantangan membesarkan anak di zaman ini. Banyak bahaya mengancam, salah satunya dari bahaya kejahatan seksual serta penyimpangan seksual. Para orang tua termasuk saya, harus mempersiapkan anak untuk menghadapi tantangan ini di zamannya. Untuk itu, belajar adalah hal yang wajib dilakukan. Selain itu berdoa kepada Allah, karena Allah adalah sebaik baik penjaga.

Senin, 19 Agustus 2019

Review Materi 10 "FAQ Anak Seputar Pendidikan Seks"

Alhamdulillah sampai juga di materi terakhir. Lumayan juga setiap hari membaca 300 obrolan. Materi dan penyajian materi bagus-bagus semuanya sehingga sayang untuk dilewatkan. Materi kali ini menarik, karena sangat dekat sekali dengan kita. Pasti banyak orangtua yang bingung ketika anaknya tiba-tiba bertanya tentang seks. Peran keluarga sangat penting disini, lebih baik anak tahu penjelasan mengenai seks dari orangtuanya langsung daripada anak mencari tahu sendiri atau tahu dari sumber yang salah. Maka, jika anak mulai bertanya, hadapi ya jangan menghindar. Saya sendiri harus bersiap-siap ketika nanti Qiy mulai bertanya, beruntung sekali saya ikut komunitas ini. Alhamdulillah.

Penyampaian materi kelompok 10 ini keren sekali. Diawali dengan video teaser yang bercerita seorang anak yang mulai bertanya tentang anatomi tubuhnya yang berbeda. Lalu ada pertanyaan lain yang berkaitan dengan pendidikan seks.

Isi dari materi sangat lengkap. Ada tips untuk orangtua saat menghadapi anak. Ada alasan kenapa kita harus terbuka dalam menghadapi anak yang penasaran terhadap seks. Serta contoh-contoh pertanyaan si kecil seputar seks beserta jawabannya.

Qiy sudah 2 tahun. Idealnya di usia 3-4 tahun anak sudah mulai penasaran dengan kelamin. Qiy pun sama. Awalnya ia membuat istilah sendiri. Kemaluan = ik ok. Saya juga tidak tahu kenapa dia menciptakan istilah itu. Mungkin dari kata eek. Semakin kesini saya membiasakan dengan menyebut kemaluan. Materi ini sangat membantu saya mempersiapkan pertanyaan Qiy selanjutnya.

Berikut link materi dari kelompok 10, semoga bermanfaat :)

Review Materi 9 "Peran Lingkungan dan Perlindungan dari Kejahatan Seksual"

Semakin hari diskusi semakin menarik. Setelah PG 8 kemarin diskusinya ciamik, sekarang PG 9 pun tak kalah keren.  Sayangnya hari itu bertepatan dengan perayaan 17 Agustus di kampung jadi absen tidak ikut diskusi. Diskusi diawali dengan curah pendapat dengan mengisi google form. Di awal diskusi juga disebutkan akan ada 3 sertifikat yang dibagikan oleh PG 9 untuk peserta yang berpartisipasi mengisi curah pendapat. Seru ya!

Berikut review singkat dari materi kelompok 9:

Peran Lingkungan
Peran lingkungan meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, serta pemerintah. Semua aspek ini memegang peranan penting dalam mencegah serta melindungi adanya tindak kejahatan seksual. Banyak yang menilai peran pemerintah masih belum terlihat, meskipun subenarnya sudah ada peran pemerintah. Dapat dilihat UU no 23 tahun 2002 pasal 81. Dalam hal lain, dapat kita lihat masih adanya tayangan tidak berkualitas di televisi, kemudian belum ada tindak tegas untuk pelaku LGBT. Meski begitu, peran keluarga sangat-sangat diharapkan karena perlindungan kecil itu berawal dari sebuah keluarga. Satu langkah dari tiap-tiap keluarga di Indonesia untuk melindungi anak dari kejahatan seksual akan sangat berarti daripada tidak melakukan apa-apa.

Apa yang bisa dilakukan terhadap kejahatan seksual?
Sebelum terjadi kejahatan seksual, tentu kita dapat melakukan pencegahan. Peran dari keluarga, masyarakat, maupun pemerintah sangat dibutuhkan disini. Semua pertahanan yang ditanamkan kepada anak tercipta dari sebuah lingkungan kecil yang bernama keluarga. Itulah pentingnya penanaman nilai-nilai yang baik dari keluarga.

Saat terjadi kejahatan seksual, ada baiknya keluarga tidak panik dan fokus pada penyelesaian. Dekap anak agar ia mendapatkan ketenangan dan kenyamanan. Bila kita menjumpai adanya kejahatan ketika berada di masyarakat, harus berani melaporkan kepada pihak yang berwajib. Dari sisi negara, harus mengawal upaya memerangi kejahatan seksual.

Setelah terjadi kejahatan seksual, yang bisa dilakukan keluarga adalah melakukan rehabilitasi psikis serta medis. Sedangkan peran masyarakat adalah rehabilitasi sosial, dan peran pemerintah adalah rehabilitasi hukum.

Minggu, 18 Agustus 2019

Suka Duka Penghuni "Barbel"

Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali mendengar kata barbel?
Alat olahraga?
Bukaaan..
Barbel itu sebenarnya adalah singkatan dari barisan belakang. Hari ini aku teringat kata ini setelah melihat upacara di televisi, mengingatkan masa-masa SMA 13 tahun yang lalu. Masa-masa dimana baris berbaris adalah makanan sehari-hari.

Istilah barbel ini pertama kali dilontarkan oleh teman sekamarku. Ya, sekolah saya dulu ini adalah sekolah asrama. Saya lupa tepatnya oleh siapa tapi kata itu tiba-tiba terlontar saat kami mengobrol santai. Kata ini 'tercipta' karena sebagian dari kami adalah penghuni 'barbel'.

Dulu waktu SD-SMP urutan berbaris adalah yang pendek di depan dan yang tinggi di belakang. Namun, ternyata yang benar adalah dari depan ke belakang adalah dari yang paling tinggi ke paling pendek. Sebenarnya kami tidak sependek yang kalian kira, tapi karena teman-teman kami banyak yang tinggi banyak jadi yaaa begitulah.

Sebagian orang mungkin mencibir kami-kami yang ada di barbel. Dilihat orang pun juga tidak. Di mana-mana yang terlihat adalah yang paling depan. Tapiiiii..jangan salah ya, ada kalanya tempat kami ini menjadi tempat impian bagi para mereka yang berbadan tinggi. Senangnya ada di barbel itu:
1. Terhindar dari sengatan matahari. Kami selalu terlindung oleh mereka yang berbadan lebih tinggi. Apalagi ketika matahari berada tepat di depan barisan kami. Topi pun tak sanggup melindungi sengatannya. Pada saat ini barbel adalah posisi yang diimpikan sebagian besar siswa. Pernah suatu hari, aku berada di barisan nomer dua dari depan gara-gara banyak teman yang lebih tinggi memilih barbel. Hmmmm, jadi gini rasanya baris di barisan depan, panaaas guys.
2. Barbel itu jauh dari pengawasan senior. Kalau di depan, bergerak saat upacara tentu langsung ketahuan. Di barbel masih sedikit lebih santai, meskipun sebenarnya tetap ketahuan sih kalau bergerak heboh.

Tapi, gara-gara di barbel, aku menyadari bahwa impianku menjadi paskibraka sirna. Aku harus tahu diri biar tidak dikira pungguk merindukan bulan. Dulu sekali aku pernah bermimpi menjadi salah satu pasukan pengibar bendera di istana negara. Geli ya kalau ingat itu sekarang. Kalau kata Bang Haji sih, "Masa muda masa yang berapi-api". Kira-kira seperti itu gambaran masa mudaku dulu. Rasanya banyak ya yang bermimpi seperti itu, gimana tidak upacara 17 Agustus di istana itu adalah tontonan wajib setiap tahun, dari kecil sampai punya anak. Wajar kalau banyak yang bermimpi menjadi paskibra. Mimpi itu terus aku pupuk sampai masuk SMA ini, SMA yang baris-berbaris adalah makanan setiap hari. Namun setelah menjadi penghuni barbel aku harus tahu sampai dimana kemampuanku. Berada di barbel membuatku mawas diri, bahwa tidak menjadi paskibraka pun aku tetap bisa berkontribusi bagi negeri. Cie cieee.

Satu lagi yang membuat barbel membosankan adalah kita tidak tahu bagaimana pemandangan di depan. Apakah ada suatu kejadian yang menarik? Atau seseorang yang menarik? eh eh gak boleh ya. Menentukan ke mana barisan melangkah pun tidak bisa, kita hanya bisa mengekor orang-orang di depan. Belok kanan ya kanan, kiri ya kiri. Untungnya jalannya cuma itu-itu saja sih jadi tidak terlalu masalah.

Barbel ini menjadi salah satu topik pembicaraan yang seru saat bertemu mantan penghuni barbel. Sampai saat ini kalau bertemu kita cuma tertawa. Menertawakan diri kami sendiri yang sok asik dan sok bangga karena pernah menjadi penghuni barbel. Padahal itu adalah cara kami menghibur diri karena berada di barisan belakang.

Review Materi 8 "Penyimpangan Seksualitas, Pencegahan, dan Solusinya"

Presentasi kelompok 8 ini menurut saya adalah presentasi paling beda. Di samping ada video animasi singkat sebagai teaser materi juga mekanisme presentasi dibuat berbeda. Di mana 7 kelompok di awal semua materi diberikan di awal lalu membahas pertanyaan dari teman-teman. Kelompok ini melakukan diskusi interaktif. Jadi pertanyaan diberikan saat sesi diskusi dan materi diberikan di akhir presentasi. Ide yang cemerlang menurut saya.

Diskusi berjalan sangat seru, bahkan diskusi belum mulai pun obrolan tentang materi ini sudah ramai. Mungkin total ada 500 obrolan.  Diskusi dimulai dengan membahas apa itu pengertian penyimpangan seksualitas. Penyimpangan seksualitas adalah penyimpangan seksual/ fantasi seksual yang tidak wajar terhadap benda, situasi, atau kelompok individu tertentu.

Dilanjutkan tentang bentuk-bentuk penyimpangan sosial. Dulu saya hanya tahu beberapa, seperti gay dan lesbian. Ternyata ada banyak lho bentuk penyimpangan seksual itu seperti:
1. Fedofilia (tertarik pada anak di bawah umur)
2. Geronontofilia (tertarik pada usia lanjut)
3. Infantofilia (tertarik pada bayi)
4. Zoofilia (tertarik pada binatang)
5. Froteurisme (Pengidap menggesek-gesekan kelaminnya di tempat umum)
6. Eksibisionisme (suka memperlihatkan alat kelaminnya)
7. Voyeurisme (suka mengintip misal di kamar ganti atau toilet)
8. Fetisisme (tertarik pada suatu benda seperti pakaian dalam)
9. Sadisme (suka menyiksa/menyakiti pasangan saat berhubungan seksual untuk kepuasan)
10. Masokis (merasa puas apabila dia disakiti oleh pasangan)

Adapun berbagai penyebab yang dibahas selama diskusi antara lain:
1. Iman dan takwa yang lemah (ada orang yang rajin beribadah hanya secara ritual saja, tetapi tidak meresapinya)
2. Trauma sewaktu kecil. Entah ia pernah mendapat pelecehan seksual ataupun melihat salah satu orang tuanya melakukan kekerasan seksual.
3. Pola asuh waktu kecil yang kurang tepat. Sewaktu diskusi kami disuguhkan suatu video yang berisi anak umur 8 tahun sudah mengalami disorientasi seksual. Bahkan hal tersebut didukung oleh orangtuanya karena anaknya terlihat bahagia. Naudzubillah.
4. Pengaruh lingkungan. Lingkungan ini tak bisa dipungkiri bisa menjadi penyebab penyimpangan seksualitas. Sekeras apapu kita mengikat anak kita pasti akan terpapar oleh lingkungan. Untuk itu kita harus membuat benteng yang kuat untuk anak kita, salah satunya dengan pemahaman agama.
5. Penggunaan media yang kurang tepat. Seperti yang dibahas pada diskusi kelompok selanjutnya media bisa menjadi sangat berpengaruh.
6. Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh (faktor ini sangatlah kecil)

Pencegahan yang bisa dilakukan kita antara lain:
1. Kedekatan orangtua dengan anak
2. Pemahaman agama kepada anak. Tidak hanya menjalani ibadah ritual saja, tetapi harus dipahamkan kepada anak apa esensi dari beribadah.
3. Menjaga pergaulan anak. Berusaha memberikan lingkungan yang baik kepada anak.
4. Penggunaan gadget secara bijak. Orangtua bisa berperan dalam penggunaan gadget oleh anak.
5. Diadakan seminar, kajian LGBT di sekolah-sekolah
6. Adanya undang-undang yang melarang LGBT di Indonesia. Selain peran orangtua, pemerintah juga sangat berperan dalam kasus ini.
7. Jika anak mengalami pelecehan seksual, upayakan untuk mendapat penanganan dengan tepat. Kenapa? karena pelaku LGBT adalah korban pelecehan seksual yang tidak tertangani dengan baik dan tumbuh sebagai pelaku.

Satu lagi yang menjadi pembahasan, yaitu solusi. Solusi yang paling penting menurut saya adalah dari tataran keluarga. Dimulai dari membangun kedekatan orangtua dan anak. Selanjutnya ayah dan ibu melakukan peran seperti fitrahnya masing-masing, seperti yang sudah dibahas pada diskusi sebelumnya. Peran ayah dan ibu ini sangat penting salah satunya memberikan pendidikan agama kepada anak. Karena susungguhnya pendidikan agama anak ini adalah tanggung jawab orang tua. Bukan tanggung jawab pihak kedua seperti sekolah ataupun pengasuh.

Setelah dipaparkan semuanya baik kasus, materi, pencegahan, solusi, semakin membuat saya sadar bahwa ini adalah sebuah 'perang'. Kita, para orang tua dituntut untuk menyiapkan anak kita agar bisa berperang melawan LGBT di zamannya kelak. Zaman sekarang saja sungguh sangat ngeri, apalagi zaman anak kita kelak. Siapkan amunisi berupa pendidikan agama dan jangan lupa selalu berdoa kepada Allah karena sebaik-baik penjaga adalah Allah.

Jumat, 16 Agustus 2019

Lomba Anak vs Ambisi Orang Tua

Pada bulan Agustus seperti sekarang ini bisa dipastikan hampir semua kampung mengadakan lomba khususnya lomba anak-anak. Mulai dari lomba yang sejak jaman saya kecil ada sampai lomba-lomba jaman now yang kreatif. Mulai dari makan kerupuk, pecah air, kupas telur puyuh, eatafet air dan masih banyak lainnya.

Maraknya lomba ini kadang diiringi oleh keinginan orang tua agar anaknya eksis alias menang di banyak lomba. Sah-sah saja memang, tapi kemarin saya tersentil story instagram senior saya. Kurang lebih intinya begini, "Lomba anak-anak? Kalau menang bagus. Tapi, coba tanya dulu anaknya, apakah dia happy?"Bener juga sih apa yang dia bilang. Apa tujuan dari lomba anak diadakan? Hadiah itu bonus, tapi anak bahagia itu yang paling penting.

Hari ini di kampung ada lomba anak-anak. Saya mencoba mengerem mulut, tangan, kaki, semuanya. Saya tidak pasang target. Anak mau ikut lomba saja saya sudah senang. Qiy masih dua tahun, belum perlu rasanya diajak berkompetisi. Saya kira dikenalkan dulu dengan keberanian. Berani ikut lomba saja sudah bagus.

Sebelum lomba tanya dulu sama Qiy, "Qiy mau ikut lomba hias sepeda?" Karena anaknya mau, saya bantu hias sepedanya. Paginya dia semangat sekali ikut pawai sepeda. Sampai sepedanya tidak boleh dipegang anak yang lain, takut rusak..hehe. Lomba hias sepeda aman, selanjutnya dia mau ikut lomba membawa kelereng dengan sendok. Ini agak susah untuk anak dua tahun. Tapi Qiy keren karena mau mencoba. Lalu lomba makan kerupuk, dia paling senang lomba ini karena favoritnya adalah kerupuk. Meski dengan bantuan tangan, Qiy cukup cepat menghabiskan kerupuknya. Itu saja lomba yang dia mau ikuti, lainnya tidak mau, lebih tepatnya dia malah asyik makan jajanan dari panitia.

Setelah lomba saya tanya, "Qiy senang?" Dia bilang, "Senang." Alhamdulillah. Qiy belum mengerti konsep juara dan kompetisi. Jadi buat apa saya teriak-teriak menyuruh Qiy makan kerupuk cepat-cepat? Saya hanya akan lelah berteriak dan Qiy jadi tantrum. Mungkin juga kalo Qiy besar dia akan bilang, "Ibuk aja yang ikut lomba biar menang".

Bagi saya sederhana saja, pastikan saja anak kita senang dan bahagia mengikuti rangkaian lomba. Tanamkan keberanian melalui lomba tersebut. Juga ajarkan anak agar mempunyai semangat dan pantang menyerah dalam melakukan sesuatu. Kalau menang, itu karena kerja kerasnya. Jangan lupa  berikan apresiasi. Kalau kalah, jangan pernah menghardiknya. Jiwa anak-anak itu lembut, sayang sekali hanya karena hadiah tak seberapa jiwa anak terluka. Biarkan ia belajar tentang kompetisi dengan caranya. Bukan dengan terus berada di sisinya saat lomba dan berteriak, "Ayoo, yg cepet..kamu harus menang!"

Jadi, sudahkah anak kita senang dengan lomba yang dia ikuti kemarin?

Sepeda hias Qiy

Kamis, 15 Agustus 2019

Review Materi 7 "Menjaga Diri dari Kejahatan Seksual"

Diskusi hari ini adalah diskusi paling panas selama 7 hari ini. Bagaimana tidak, semua kasus kejahatan seksual dipaparkan. Percaya atau tidak, kejadian itu kerap terjadi di sekitar kita, bahkan oleh orang-orang terdekat korban. Sebagai ibu dan seorang wanita, rasanya kesal, marah, jengkel, ah semua pokoknya saat membaca berita yang dipaparkan kelompok 7 tadi tentang kejahatan seksual. Kejahatan seksual ini tidak hanya melalui sentuhan, tetapi juga ada yang melalui telepon, pesan, dan lain-lain. Korban pun beragam, dari mulai usia dewasa sampai anak balita pun bisa menjadi korban.

Sebagai orang tua yang bisa kita lakukan adalah membekali anak kita dengan pengetahuan apa yang orang lain boleh lakukan dan tidak boleh lakukan terhadap kita. Apa yang seharusnya anak lakukan jika menghadapi situasi tersebut. Jagalah komunikasi yang baik dengan anak, karena anak yang terbuka akan menceritakan apapun yang dia alami kepada kita. Terakhir, jangan lupa  doakan selalu anak kita. Karena sebaik-baik penjaga adalah Allah Swt.

Rabu, 14 Agustus 2019

Review Materi 6 "Pengaruh Media terhadap Fitrah Seksualitas"

Sejauh mana kaitan media dan fitrah seksualitas? Dari paparan kelompok 6 kemarin, media dan fitrah seksualitas itu sangat berkaitan. Media berperan penting dalam perkembangan fitrah anak. Di satu sisi kita sangat terbantu dengan adanya media untuk berkomunikasi. Adanya telepon, video call, WA, sangat berguna bagi para keluarga yang menjalani Long Distance Marriage (LDM). Tapi, media ini bisa seperti pedang bermata dua. Bagi orang-orang yang tidak bijak memanfaatkannya media akan menjerusmuskan ke lubang gelap. Seperti kasus yang dicontohkan oleh kelompok kemarin. Ada siswa-siswi SD yang beramai-ramai membuat video berkonten pornografi. Di era sekarang, semua dapat diakses melalui handphone (HP). Naudzubillah..

Zaman orangtua kita dulu sebenarnya pun ada kasus seperti hamil di luar nikah. Walaupun zaman dahulu perkembangan media tidak semaju sekarang. Kenapa hal itu bisa terjadi? Perkembangan teknologi memang menjadi salah penyebab, namun yang lebih utama adalah bagaimana para penggunanya memanfaatkan. Kita tidak bisa mengelak dari perkembangan teknologi yang begitu cepat. Tapi kita bisa membentengi kita dan anak-anak kita dengan iman dan tuntaskan perkembangan fitrahnya.

Dari diskusi kemarin banyak juga dibahas mengenai penggunaan gadget pada anak. Saya dulu menentang penggunaan gadget pada anak. Tapi, semakin anak besar, ia semakin penasaran kenapa orangtuanya selalu memegang yang namanya gadget. Akhirnya sekali dua kali diberikan. Namun, saya menyadari efek yang ditimbulkan meskipun saya hanya memberikan maksimal 2 jam per hari. Anak jadi lebih sering tantrum dan lebih sering teriak-teriak. Keputusan untuk tidak memberikan gadget ini tidak bisa saya lakukan sendiri. Kedua orangtua harus terlibat semuanya. Orangtua harus rela puasa gadget demi anak agar tidak melihat orangtuanya main gadget. Selain itu anak harus disibukkan dengan diajak bermain, bernyanyi, dan membaca buku. Kuncinya ada pada orangtuanya.

Memberikan gadget pada usia yang tepat tentu juga akan membantu kita melindungi si anak sendiri. Tentu tidak bijak memberikan anak gadget dengan fasilitas internet kepada anak usia 7 tahun tanpa pengawasan. Kalau saya sendiri  lebih setuju kepada memberikan gadget ketika anak sudah mengerti batasan-batasan apa yang boleh dia lakulan dan tidak lakukan. Tetap saja saya harus mengecek historinya juga isi sosial medianya.

Membaca maraknya kasus pornografi usia dini dari kelompok 6 kemarin membuat saya sadar kita sebagai orangtua harus banyak-banyak belajar serta berusaha lebih untuk memberikan amunisi-amunisi terbaik kepada anak untuk berjuang di zamannya. Bismillah..

Selasa, 13 Agustus 2019

Review Materi 5 "Pentingnya Aqil Baligh Secara Bersamaan"

Seperti hari-hari kemarin, diskusi kelima ini pun berlangsung sangat seru. Ada kurang lebih 300 obrolan yang harus dibaca ketka tertinggal diskusi. Tapi, hal itu tak menyurutkan niat untuk terus manjat ke atas membaca diskusi sampai selesai. Gimana ya maaak, isinya sungguh sangat berbobot.

Pernah mendengar ada kasus hamil diluar nikah? aborsi? pacaran? Pasti pernah kan... Itulah sederetan contoh kasus aqil baligh yang tidak matang secara bersamaan.

Jadi, apa itu aqil baligh?
Singkatnya baligh adalah tercapainya kedewasaan secara biologis, ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Ciri yang paling terlihat adalah mulainya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Sedangkan aqil adalah tercapainya kedewasaan psikologis, sosial, dan finansial. Aqil baligh secara bersamaan berarti matangnya fisik dan mental secara bersamaan.

Mengapa anak harus dipersiapkan aqil baligh?

Sudah jelas jawabannya, agar tidak terjadi kasus seperti yang saya sebutkan di atas. Selain itu aqil baligh adalah syarat dalam ibadah dan muamalah. Setelah orang aqil baligh maka ia harus bertanggung jawab atas amal perbuatannya. Ia berhak mendapat pahala atau dosa.

Siapa yang bertanggung jawab mendidik anak agar tercapai aqil baligh bersamaan?

Orang tua baik ayah maupun ibu sangat berperan dalam mendidik anaknya agar tercapai aqil baligh bersamaan, terutama ayah. Ayah-lah yang paling bertanggung jawab mengantarkan kedewasaan anak (aqilnya).

Pendidikan untuk mempersiapkan aqil baligh ini tidak bisa semuanya diserahkan kepada pihak sekolah. Kenapa? Karena tidak semua sekolah memiliki visi misi untuk mengedepankan aqil. Masih banyak sekolah yang hanya fokus kepada nilai akademis semata. Meskipun ada sekolah yang mendidik kepribadian/kedewasaan tetap saja nilai-nilai itu harus dipenuhi di rumah. Kenapa? agar ketika anak menuntut ilmu di luar ia sudah aqil, sudah punya benteng yang kuat agar tidak terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik.


Senin, 12 Agustus 2019

Revies Materi 4 "Peran Ayah dalam Pengasuhan untuk Membangkitkan Fitrah Seksualitas"

Hari ini adalah hari ke-5 level 11 dan memasuki materi ke 4. Sesaat setelah materi dibagikan, grup kelas sudah ramai sekali. Bayangkan..kurang lebih 300 chat sudah menunggu untuk dibac padahal diskusi belum dimulai. Hal ini membuktikan betapa serunya materi yang dibawakan oleh kelompok 4 ini. Dalam diskusi beberapa waktu lalu, ada teman sekelas yang bilang, "Negeri ini disebut fatherless country". Waktu itu dalam hati saya membantah, ah..masak sih? Tapi, setelah mendapatkan materi ini, kemudian banyak tentang sosok ayah. Hal itulah yang kemudian menuntun saya untuk flashback ke masa saya kecil. Dan..ah iya, rupanya saya ada di barisan anak-anak yang fatherless. Sebagian dari kami punya ayah, yang setiap hari kami bertemu tapi kami tidak mendapatkan figur seorang ayah.

Memangnya apa akibatnya jika tak mendapatkan sosok ayah? Yang saya alami adalah dalam mengasuh anak selama ini saya ada memerankan peran ayah. Seperti misalnya, saya menjadi 'tegaan' dengan anak dan rasa lembut saya berkurang.

Lalu, bagaimana peran ayah seharusnya?
Zaman dulu, peran ayah hanya dipahami sebagai orang yang mencari nafkah. Selain itu semua diserahkan kepada sang ibu. Namun, ternyata anak juga butuh sosok seorang ayah dalam perkembangannya. Ayah itu:
1. Man of mission and vision
2. Penanggung jawab keluarga
3. Sang ego dan individualitas
4. Sang raja tega
5. Suplier maskulinitas
6. Konsultan pendidikan
7. Penegak profesionalisme

Diskusi tadi siang berhasil membuat kami, para peserta diskusi untuk saling introspeksi diri. Apakah kami dulu fatherless? Apakah suami kita juga fatherless? Bagaimana memutus rantai fatherless agar anak-anak kita dapat tumbuh dengan fitrah yang paripurna.

Langkah pertama yang saya lakukan setelah diskusi tadi adalah kirim materi presentasi ke suami, lalu minta beliau untuk membacanya. Selanjutnya komunikasi produktif dengan suami membahas tentang pengasuhan orang tua kami kepada kami dahulu, kami lakukan evaluasi bersama-sama. Kami sadari bahwa terkadang ada peran terbalik yang kami terapkan dalam keluarga. Ayah yang seharusnya menjadi raja tega tetapi saya malah yang lebih tegaan kepada anak. Saya yang seharusnya menjadi pembasuh luka anak, terkadang suami yang lebih lembut ke anak. Itu hanya salah satu contohnya. Selanjutnya kami banyak membahas peran ayah dan ibu pada tahapan-tahapan usia anak seperti materi hari kemarin. Suami bertanya, "Kenapa ayah harus dekat dengan Qiy di usia 10-15?"
Iya, supaya Qiy merasakan dan tahu bagaimana disayangi dan menyayangi oleh laki-laki. Supaya Qiy tidak mudah tergiur oleh rayuan gombal laki-laki yang bilang sayang kepadanya. Begitu jawaban singkat saya yang membuat suami langsung peluk-peluk anak wedok. Kalau diterjemahkan, mungkin kira-kira begini, "Nak, aku ayahmu, yang akan menjadi laki-laki pertama yang kamu cintai"

Sabtu, 10 Agustus 2019

Review Materi 3: "Peran Orangtua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak"

Seperti yang saya tulis dalam review materi 2 kemarin, bahwa peran orangtua sangat besar dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak. Materi yang disampaikan hari ini pun berkaitan bahkan hampir mirip dengan materi kemarin. Semakin menegaskan bahwa peran ayah ibu dalam mendidik fitrah seksualitas anak sangat besar. Sang ayah berperan mengisi sisi maskulinitas anak dan sang ibu berperan mengisi sisi feminitasnya. Bagaimana jika  sang ibu lebih dominan dalam rumah tangga? Semisal selalu mengambil keputusan atau terlalu mandiri. Hal ini bisa menggerus sisi feminitasnya yang nantinya juga akan berpengaruh pada anak. Ingat ya maak, anak itu mencontoh apa yang ia lihat. Saya jadi ingat bagaimana saya tumbuh di keluarga yang menuntut untuk mandiri dalam hal apapun. Ya, meskipun saya tiga bersaudara perempuan semua tapi kami dididik untuk bisa melakukan apapun. Jadi wonder woman begitu ceritanya. Bukan karena ibu saya mengambil peran yang dominan daripada bapak. Tapi memang tuntutan bapak ke kami begitu. Setelah menikah barulah saya sadar. Ada kalanya saya harus meminta bantuan suami untuk melakukan sesuatu meskipun saya sebenarnya bisa melakukannya sendiri, seperti memasang tabung gas, mengganti galon air minum, mengangkat sesuatu yang agak berat, dan lainnya. Kenapa? Saya merasa suami saya merasa dirinya bisa diandalkan. Dan peran suami dalam rumah tangga sebagai penanggung jawab serta pelindung jadi lebih terlihat. Anak yang melihat kami bekerja sama dalam rumah tangga pun akan berpikir bahwa ayahnya keren, hebat mau membantu ibunya. Ia akan melihat bahwa ayahnya punya peran besar di rumah. Tapi, kalau ayahnya sedang keluar kota, tunjukkan bahwa kita juga bisa mandiri, pasang tabung gas sendiri, angkat galon, nyetir sendiri, hihihii :)

Diskusi tadi banyak dibahas tentang bagaimana jika suami kurang bekerja sama dalam mendidik anak dan bagaimana jika LDM?
Saya pernah bilang sama suami, bahwa dalam mengurus anak kita harus bekerja sama, tidak bisa sendiri. Saya paham, terkadang ada laki-laki yang empatinya rendah. Nah disitu peran istrinya untuk melakukan komunikasi produktif agar suaminya mau berperan dalam mendidik anak. Kalau saya sendiri, sewaktu Qiy kecil saya sesekali meminta ayahnya untuk mengganti popoknya atau hal remeh lain agar ada interaksi ayah dengan anak. Walaupun sebenarnya hal-hal tersebut bisa saya lakukan sendiri. Tujuannya agar ayah tidak canggung dengan anaknya dan anak merasa dekat dengan ayahnya. Hal-hal tersebut berefek lhoo, akhirnya sekarang mereka berdua dekat sekali.

Mem-branding sosok ayah

Dari diskusi tadi, saya dapat simpulkan bahwa hal yang dapat kita lakukan saat LDM dengan suami adalah mem-branding sosok ayah kepada anak. Kita bisa menceritakan kepada anak, apa yang sedang dilakukan ayahnya, betapa hebatnya ayah mencari nafkah untuk keluarganya, bagaimana sayangnya ayah kepada keluarganya, dan lain-lain. Dengan begitu anak akan tetap mendapatkan kehadiran ayah. Dulu saya pernah menjalani LDM juga selama 5 bulan sewaktu Qiy bayi. Setiap hari rasanya ingin cepat-cepat menyusul agar anak kenal dengan ayahnya. Tapi sayangnya belum diizinkan orangtua. Beliau khawatir saya akan kerepotan. Di saat LDM itu saya sering mendengarkan suara ayahnya ke Qiy dan mengirim foto-foto Qiy ke ayahnya. Tujuannya agar tetap ada ikatan di antara mereka. Salut untuk suami istri yang menjalani LDM. Semoga Allah selalu berikan kemudahan.

Saya pernah terpikir sesuatu, "Besok kalau Qiy besar dia mau curhat ke orangtuanya gak ya?" Saya pernah baca kalau anak harus dilatih agar ia dekat dan terbuka dengan orangtuanya. Salah satunya jika nanti anak sudah akan memasuki baligh dia tak sungkan bercerita kepada orangtuanya. Misalnya jika Qiy akan mengalami menstruasi nantinya. Sebelum itu ia harus paham dulu, apa itu menstruasi, bagaimana mandi wajib, bagaimana hukumnya jika sudah menstruasi? Nah, untuk menjelaskan itu semua saya kira saya harus dekat dengan Qiy dulu, biar nyaman kalau menjelaskannya. Mulai sekarang, saya sering memancing Qiy untuk ngobrol-ngobrol tentang apa yang ia alami hari ini. Hal apa yang ia sukai. Setelah itu nasihat-nasihat yang baik berkaitan apa yang ia alami tadi. Saya pun sering bercerita tentang apa yang saya alami, bagaimana perasaan saya hari itu kepada Qiy. Dengan ikhtiar ini semoga nanti Qiy menjadi anak yang terbuka.



Jumat, 09 Agustus 2019

Review Materi 2 "Pendidikan Fitrah Seksualitas Sejak Dini"

Bismillahirrohmanirrohim..


Materi kedua ini jatahnya kelompok kami yang mempresentasikan materi. Senengnya mendapat giliran awal adalah cepat selesai, tidak terbebani lagi. Tantangannya adalah waktu yang mepet. But it's okay..kami sudah melaluinya dengan sangat baik menurut saya. Selamat untuk kelompok 2. Big applause...

Setelah materi pertama membahas gender dan sex. Giliran kelompok kami membahas pendidikan fitrah seksualitas sejak dini. Sewaktu saya mencari materi di internet. Jarang sekali ditemukan hal yang berkaitan dengan pendidikan fitrah seksualitas tetapi kebanyakan lebih menyebut dengan pendidikan seks. Hmm...padahal pendidikan fitrah seksualitas itu lebih luas cakupannya lho. Meskipun begitu ada yang bahasannya sesuai dengan materi ini.

Pendidikan fitrah seksualitas itu harus dan wajib diajarkan sejak lahir lho. Misalnya bayi perempuan, pakaikan aksesoris perempuan. Bayi laki-laki pakaikan baju dan aksesoris laki-laki. Jangan sampai memakaikan bando ke anak laki-laki walaupun itu hanya lucu-lucuan. It's a big no yaaaa, karena akan mencederai fitrahnya. Kemudian, semakin besar ajarkan ia rasa malu, ajarkan apa itu aurat, pahamkan bahwa ia adalah laki-laki atau perempuan. Sehingga di usia 3 tahun anak sudah paham dengan fitrah gendernya.

Kenapa sih harus dikenalkan sejak dini?

Agar anak tumbuh sesuai dengan fitrah seksualitasnya dengan paripurna. Bila ia laki-laki maka ia akan tumbuh dengan maskulinitas yang lebih dominan. Ia akan menjadi orang yang tanggung jawab serta tegas sesuai fitrahnya. Apabila ia perempuan, ia akan tumbuh dengan feminitas yang dominan. Ia akan mampu untuk mendidik anaknya serta berperilaku dengan lembut. Kalau menurut buku Fitrah Based Education. Seorang laki-laki sebaiknya memiliki 70% maskulinitas dan 30% feminitas. Berlaku sebaliknya untuk perempuan.

Selain itu, agar tidak ada penyimpangan seksualitas di kemudian hari. Kasus seperti ini sudah banyak sekali terjadi di masa ini. Fisiknya laki-laki tapi melambai, kasus transgender, homo, lesbian, pernikahan sesama jenis.

Peran keluarga dalam pendidikan fitrah seksualitas sangat penting. Sosok ayah dan ibu harus hadir dalam setiap perkembangan anak sampai akil baligh. Dalam buku FBE dijelaskan sampai usia 2 tahun anak harus dekat dengan ibunya. Usia 3-6 tahun harus dekat dengan keduanya. Umur 7-10 anak laki-laki dekatkan dengan ayahnya, perempuan dengan ibunya. Lalu usia 11-14 laki-laki dekatkan dengan ibunya dan sebaliknya. Bila ayah atau ibu tak bisa membersamai anak, misalnya karena meninggal atau single parent, maka tetap hadirkan sosok ayah atau ibu. Bisa dengan kakeknya, pamannya, tantenya, neneknya, atau gurunya.

Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mendidik fitrah seksualitas sejak dini di rumah antara lain:
1. Mengenalkan rasa malu
2. Mengenalkan aurat
3. Memisah kamar anak dengan orang tua (sesuai dengan perintah agama, salah satunya menjaga psikologis anak agar tidak terganggu karena tidak sengaja melihat orangtuanya berhubungan suami istri)
4. Memisah kamar anak laki dengan perempuan. Juga anak laki dengan laki dan perempuan dengan perempuan.
5. Meminta izin saat mau masuk ke kamar orangtua. Terutama di 3 waktu yaitu setelah fajar, setelah dzuhur, dan setelah Isya.

Sewaktu diskusi tadi seru sekali membahas pisah kamar dengan anak. Suatu tantangan sendiri memang berpisah kamar dengan anak. Selain harus menyiapkan kamar  yang butuh biaya juga memerlukan 'ketegaan'. Kalau saya sendiri, karena anak masih 2 tahun 4 bulan, masih tidur bersama. Lagipula anaknya masih minum ASI. Jadi PR nya lebih ke bagaimana menyapih dengan cinta lebih dahulu.

Selama ini saya membiasakan anak untuk berpakaian sopan seperti tidak memakai kaos dalam saja saat bermain keluar rumah meskipun kepanasan, memakai baju renang kalau berenang, juga mengenalkan rasa malu dan aurat. Meskipun anaknya belum paham 100%. Sejauh ini dia bisa membedakan mana yang cantik, yang berarti perempuan dan mana yang ganteng, yang berarti itu laki-laki. Meski begitu, ada juga PR nya. Bismillah..

Kamis, 08 Agustus 2019

Review Materi 1 "Pemahaman Perbedaan Gender"

Game level 11 telah tiba. Materi yang dibahas semakin menarik dan seru, yaitu fitrah seksualitas. Sekilas yang saya paham tentang pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas ini dilakukan sejak bayi lahir ke dunia. Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berfikir dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai laki-laki maupun perempuan sejati.

Gender vs Seks

Gender itu adalah apa yang tampak sebagai maskulinitas atau feminitas. Sedangkan seks adalah pembagian dua jenis kelamin berdasarkan kromosom yaitu kromosom X dan Y. Sehingga tampak ciri yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Yakni laki-laki memiliki jakun, skrotum, penis, dan menghasilkan sperma. Sedangkan perempuan mempunyai rahim, sel telur, mengalami haid.

Seorang laki-laki tidak 100% memiliki sifat maskulin, akan tetapi ia juga memiliki sisi feminis. Bayangkan saja jika seorang laki-laki hanya berfikir menggunakan otak tanpa perasaan. Hmmmm... Nah, berapa presentase feminis pada laki-laki ditentukan oleh seberapa besar peran ibu dalam pengasuhannya. Begitu juga dengan maskulinitas pada perempuan.

Gender dalam Pandangan Islam

Persamaan laki-laki dan perempuan dalam Islam adalah sama-sama memiliki kewajiban beribadah kepada Allah dan memperoleh pahala. Adapun perbedaannya adalah dalam hal kodrat, syariat (penetapan hukum waris, kedudukan laki-laki, nilai dalam persaksian). Namun, keduanya saling melengkapi dan bersinergi, bukan saling berkompetisi siapa yang paling hebat.

Fitrah Laki-laki dan Perempuan

Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang berbeda. Laki-laki memiliki sifat yang lebih tegas dan keras karena fitrahnya sebagai pemimpin dan penjaga keluarga dari gangguan. Sedangkan perempuan memiliki sifat yang didominasi oleh perasaan karena fitrahnya dalam merawat mendidik anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Efek Gender dengan Perkembangan Anak

Fitrah seksualitas ini harus dijaga agar tidak terjadi penyimpangan di kemudian hari. Agar tidak terjadi penyimpangan, peran orang tua, ayah dan ibu sangat diperlukan. Sosok ayah dan ibu harus hadir dalam setiap perkembangan anak. Sejak lahir hingga akil baligh yaitu 0-15 tahun. Sosok ayah dan ibu ini harus hadir sesuai dengan porsinya, tidak lebih atau tidak kurang agar maskulinitas dan feminitas tumbuh sesuai porsinya. Idealnya, laki-laki memiliki sifat maskulinitas 70% dan feminisme 30%, sebaliknya dengan perempuan. Peran keluarga dalam pendidikan fitrah seksualitas ini sangat penting. Jangan sampai anak mendapatkan informasi dari luar yang kurang tepat.




Kamis, 25 Juli 2019

Aku Mau Tau Semuanyaaa

Sudah 2 tahun lebih umur Qiy. Rasa keingintahuannya semakin meningkat. Apapun ditanyakannya. Apa, siapa, dimana, lagi apa, kenapa. Kadang bikin aku dan suami mikir untuk menjawabnya.

Tapi hari ini ada yang bikin aku merasa "wow" dengan pertanyaannya Qiy.

Pertama, dia tanya, "Apa itu udara?". Jeng..jeng..anak 2 tahun tanya tentang udara yang dulu ibuknya baru belajar tentang udara kelas 6 SD. Bisa saja aku jawab ngasal atau aku jawab nanti kalo sekolah juga belajar. Tapi aku sama suami sepakat untuk selalu menjawab pertanyaan Qiy sebaik-baiknya. Karena apa? Anak itu bukan sekedar tanya. Tapi itu mengasah rasa keingintahuannya.  Ia merekam apa yang akan kita katakan. Nah, semisal kita menjawab ngasal maka yang tertanam dalam pikirannya itu ya jawaban ngasal itu tadi. Oya..anak yang sering bertanya itu juga melatih kecerdasannya dan jiwa kreatifnya.  Kalau tanya kayak kereta api gimana? Ga putus-putus gitu maksudnya. Kita balik tanya ke dia. Ini saran dari teman kuliah di Bunda Sayang dan ini beneran berhasil di Qiy. Kadang dia memang pengen ditanya balik. Hehehe..

Kembali ke pertanyaan 'apa itu udara'. Setelah Qiy melontarkan pertanyaan itu aku terdiam sejenak, mencoba mengingat ingay pelajaran kelas 6 SD dulu tentang sifat udara. Ga banyak yang ingat dan sulit juga menjelaskan sains ke anak 2 tahun..haha.. Tapi inilah ujiannya. Jadi, aku bilang, "Udara itu yang kita hirup kalau bernafas (sambil memperagakan menghirup dan menghembuskan nafas), udara itu yang mengisi balon (mengajak Qiy berimajinasi dengan benda yang ia sukai), udara itu bisa bergerak, kalo bergerak namanya angin, kayak ini lho (sambil kipas2 di depan Qiy), kayak ini juga (tiup tangan Qiy). Ada rasanya kan".  Habis itu Qiy diam..haha..semoga jawabanku tidak menyesatkan.

Pertanyaan kedua terjadi ketika ia mendengarkan sebuah kisah di Hafidzah doll. "Ibu, Ta'ala tu apa?". Walah jan nduuuk..umurku 28 taun yo rangerti artine. Astaghfirullah.. tapi Qiy tanya terus dan cuma bisa jawab, "Itu Allah Subhanahu wa Ta'ala, nama Allah". Setelah google baru tau kalau artinya, "Allah Mahasuci Dia dan Mahatinggi".

Dua pertanyaan hari ini buat aku mikir, wah..anakku kritis banget ya.. Aku gak boleh sampai meredam jiwa kritisnya. Justru harus aku pupuk dan pelihara. PR juga buat aku supaya bisa menyampaikan suatu hal secara simpel ke Qiy. PR juga untuk belajar lebih biar bisa membersamai Qiy.

Itulah kenapa ibu itu harus pintar. Kenapa juga dikatakan ibu itu madrasah pertama anaknya. Ternyata ya ginii.. semoga ibu tetap semangat belajar untuk mendampingi Qiy yaaa...

Rabu, 13 Maret 2019

3 Days Potty Training-nya Qiyya

Salah satu tahapan perkembangan anak yang bikin saya dag dig dug adalah toilet training. Pengen cepet terlewati tapi takut mau mulai. Saya terlanjur nyaman dengan popok. Tapiiii..saya khawatir dengan resiko ISK karena ada urine menempel dipopok juga karena boros maaaaaak. Sebulan habis 200-300ribu. Lumayan kan kalo dialihkan ke skin care. Haha. Dua alasan terakhir ini yg bikin saya pengen cepet2 lepas dari popok.

Persiapan yang saya lakukan adalah pasang sprei tahan air lalu didobel sprei biasa. Bisa saja hanya pakai sprei tahan air  tapi saya dan suami kurang nyaman. Sprei tahan air ini penting bagi saya karena saya ga suka kasur yang kena ompol males dengan bau pesingnya dan juga repotnya membersihkan najisnya. Lalu keluarkan perlak bayinya Qiyya, untuk alas saat tidur. Jangan lupa kain bekas bedong buat alas perlak dan bisa juga untuk lap ompol agar tidak kemana-kemana. Siapkan pel jangan lupa. Oya,,mental ibu dan ayahnya juga harus setrong, siapkan cemilan yg banyak..wkwkwk.

Rencana awal pengen lepas popok di usia 18 bulan. Tapi bulan2 itu kami banyak bolak-balik mudik. Jadi daripada sering ter-pending mending nanti aja sekalian. Akhir bulan Desember 2018 agak selo, jadi diniatkan gak kemana2 sampai lebaran untuk TT (toilet training). Baru sehari TT, kami mudik dadakan karena ada urusan. Tunda lagi deh. Kira-kira 2 bulan setelah itu baru mulai lagi. Ngumpulin niatnya yg lama. Hehe. Baru sehari eh..besoknya Qodarullah Qiyya sakit. Tunda lagi deh seminggu. Setelah sembuh lanjut TT lagi. Alhamdulillah 3 hari selesai. Bahkan hari ketiga selama siang hari tidak ngompol sama sekali. Sebuah prestasi bagi kami. Iyaa..kami rempong bertiga. Rempong tapi less drama. Ga seperti yang kami bayangkan tentang TT.

Jadi, saya pakai metode 3 days potty traininh. Bahasa Indonesianya sih "kebut 3 hari kelar". Saya mulai TT 2 kurleb minggu yang lalu dan sampai sekarang masih merasa ini sebuah metode yg ajaib. Haha.. Pertama kali tau ada metode ini dari senior SMA. Beliau share metode TT anaknya yg berhasil 3 hari pake metode ini. Menggiurkan kaaaan.. Bayangkan aja 3 hari kelar TT. Awalnya ragu juga. Masa iya sih 3 hari. Tapi, setelah baca2 teorinya, make sense sih. Jadi, coba aja buat Qiyya.

Sependek pemahaman saya tentang 3 days potty training ini adalah bagaimana membuat anak ngeh kalo dia pis/pup, merasa gak nyaman kalo dia pis/pup sembarang tempat, dan akhirnya pis/pup di toilet. Pada hari pertama, lepas popok anak, jangan pakaikan celana biar dia ngeh udah ga pakai popo. Kalau Qiyya tetap saya pakaikan celana dalam, kasian kalo kedinginan..wkwk. Lalu beri anak minum sesering mungkin atau jajanan tinggi natrium agar ia sering pipis. Tiap pipis tunjukkan kalo dia pipis dan harus pipis di toilet. Tunjukkan muka kecewa, bukan marah ya. Begini terus sampai hari ketiga. Beri apresiasi kalau dia berhasil pis/pup di toilet. Oiya, sebelum memulai TT pahami kesiapan anak. Mengajarkan sesuatu pada  anak ketika dia sudah siap akan lebih mudah dan cepat daripada buru-buru mengajarkan anak tapi dia belum siap.

Akhir bulan Desember 2018, Qiyya sudah mulai merasa tidak nyaman dengan popok. Dia sudah mengerti apa itu pipis apa itu pup dan saya beberapa kali menemukan popoknya kering selama lebih dari 2 jam. Bahkan pernah semalaman kering. Nah, tanda2 kesiapan itu yang menjadikan saya mantap untuk TT. Kesiapan anak untuk TT ini beda-beda ya maaak. Ada yg lebih cepat dan ada yg lebih lambat. It's okay..

Sebelum dan selama TT saya selalu sounding Qiyya. Selalu saya katakan bahwa dia sudah besar, gak usah pakai popok, pakai celana dalam aja biar nyaman (saya beli celana dalam yg lucu bareng Qiyya), kalau pipis di popok nanti popoknya bau dan kotor. Saya tunjukkan tiap lepas popok bahwa popoknya kotor dan bau.

Hari pertama Qiyya lepas popok ada kejadian lucu. Saya dan suami takut kalo dia ngompol. Yes, yang dibayangkan ketika lepas poppk adalah ompol dimana-mana, bau pesing menguasai ruangan, dan cucian yang numpuk. Jadi, sedikit2 kami tawarkan Qiyya untuk pipis. Hasilnya Qiyya agak takut..wkwk. 4 jam gak pipis. Saya ga tau ditahan atau memang belum kebelet. Suatu kali dia pipis. Dia merasakan sesuatu lalu bilang, "tumpah..tumpah". Lalu menangis, takut, dan memeluk saya setelah saya bilang itu pipis. Wkwkw.. Setelah itu tidak dilanjutkan lagi karena harus kejar pesawat ke bandara. Popokan maneh deh...

Akhir Februari kemarin mulai TT lagi. Balik lagi ke hari pertama. Ngompol pertama dia takut. Saya mencoba sok cool padahal pengen teriak, "Aduuuuuuh...ngepel maneh". Ditahan tahan maaaaak, biar anaknya gak trauma. Kan gak lucu kalo trauma pipis. Hari itu ngompol beberapa kali, malamnya Qiyya agak anget lalu saya pakaikan popok. Besoknya demam bapil. Huhuuu.. tunda lagii, popokan maneh.

Seminggu kemudian Qiyya sembuh. Langsung saya sounding untuk mulai TT lagi. Paginya lepas popok. Hari pertama (lagii) ini lumayan, dia sudah ngeh kalo pipis walaupun telat bilang. Ada yang dia bilang dan sukses pipis di toilet. Saya bahagia. Hahaa..alhamdulillah. Lanjut hari kedua lalu ketiga. Hari keempat ngompol di pagi hari aja, setelah itu ga ngompol sama sekali sampai sekarang selama siang hari. Alhamdulillah.

Oya..saya sarankan buat jurnal TT. Gunanya supaya kita tahu kapan saja waktu anak pipis, jadi bisa dikira2 kapan akan pipis trus ditawarkan pipis di kamar mandi. Soalnya jenuh juga kan kalo tiap jam nawari ke kamar mandi. Hehe. Isinya bebas, kalo saya seperti ini:

JURNAL TOILET TRAINING QIY

Day 1
09.00 lepas popok
13.00 tidur ngompol
16.00 pipis di kamar mandi ✅
17.00 pipis saat mandi ✅
22.00 tidur ngompol
03.00 tidur ngompol

Dari 6 kali pipis,  2 berhasil pipis di kamar mandi, kecuali saat tidur. Berhasil 30%

Day 2
08.00 ngompol
10.00 ngompol, bilang telat
12.00 pipis di kamar mandi ✅
13.00 tidur ngompol
13.30 pipis di kamar mandi ✅
14.30 ngompol, telat bilang
15.10 pipis di kamar mandi ✅
17.30 ngompol, panik nangis bangun tidur
18.00 pake popok

Lumayan..udah hampir 40% berhasil saat bangun.

Day 3
07.30 lepas popok, pipis di kamar mandi ✅
10.30 pipis di kamar mandi✅
12.45 pipis di kamar mandi✅
14.50 pipis di kamar mandi ✅
17.00 pipis di kamar mandi✅
18.30 pipis di kamar mandi ✅
19.30 pipis di kamar mandi ✅
19.30 pake popok

Untuk malamnya, saya baru mulai lagi 2 hari ini. Selama pakai popok di malam hari, saya tetap tawarkan Qiyya untuk ke toilet kalau terbangun.Tapi anaknya ga mau. Paginya popoknya masih basah, meskipun sebelum tidur sudah pipis. Jadi saya berani lepas popok  di malam hari ketika saat tidur siang dia sudah tidak ngompol. Sekarang, kalau malam saya batasi minumnya dan saya taqarkan untuk pipis dulu sebelum tidur. Alhamdulillah 2 malam ini popoknya bersih. Semoga seterusnya juga. Aamiin..

Misi selanjutnya adalah pis/pup di toilet umum karena Qiyya belum nyaman pis/pup di toilet asing. Bismillah..

Poin penting dari TT adalah
1. Lakukan ketika anak siap
2. Konsisten, jangan tergoda untuk pakaikan popok lagi
3. Sounding anak (ngaruh banget bagi saya)
4. Apresiasi jangan lupa yak mak..anak tuh seneng kalo dipuji..