Jumat, 16 Maret 2018

LDM

Kemarin2 ada yg sok kuat..
Sekarang rapuh juga ternyata..
Suruh siapa tiba2 inget ada yang tiba2 peluk dari belakang
Inget ada yang tiba2 cium2
Inget ada yang tiba2 towel2
Huaaaaaaaaaaaaa
Miss you Mas 😭

Semoga dikuatkan
Semoga dilancarkan semua urusan
Semoga diberi kesehatan semuanya
Semoga dilapangkan rezekinya
Dua minggu itu bentar..
Iya kaaan?

Senin, 12 Maret 2018

BUNGA 🌷🌷🌷

Kemarin habis liat ada pasangan muda merayakan ulang tahun pernikahan pertama. Lalu, sang suami memberikan sebuah buket bunga kepada istrinya. Lalu saya tertawa.... Kenapa? Karena sebelum itu ada percakapan 'romantis' saya dan suami..

Saya (D), suami (M)
D : Mas, kapan-kapan adek dikasih surat cinta doong sama dikasih bunga gituu satu buket mawar

M : (lalu sok2an baca puisi cinta) Sayangkuu..cintaku..aku cinta padamu

D : 😌😌

M : adeeek, mas kan pemaluu..aku gak bisaa..

D : yaaaaah..kan adek pernah kirim surat cinta, masak ga dibales.. baleslah suratnyaa..sama dikasih bunga mawar satu tangkai gituu..kan romantis..

M : 😙😙😙😙

Mau minta lewat kode halus, kode keras, terang-terangan..sepertinya tak akan berhasil..hehee..
Yasudah..gini aja dah romantis kan yak..

Ku tetap cinta 😚😚😚😚😚😚

Selasa, 06 Maret 2018

Ku Tak Bisa Masak

Saya tidak pandai memasak. Salah satu ketakutan saya kalau menikah adalah tidak bisa masak yang enak untuk suami. Sewaktu kuliah sesekali masak, alasannya belajar masakin suami nanti. Pas udah kerja juga cuma sesekali aja masak. Jadinya level masak terbaikku adalah masak tumis-tumisan, sop, sambal, tempe tahu goreng. Itu aja kadang jadinya sop banjir (kebanyakan air), keasinan, dan lainnya.

Saya selama ini terdoktrin oleh pernyataan-pernyataan seperti ini, "Istri yang baik itu yang bisa masak enak, pandai mengatur keuangan, pandai ngurus anak." Seolah-olah masak, cuci piring, dan pekerjaan rumah lainnya hanya tugas istri. Jadi stress sendiri kan pas mau nikah, aku belum bisa masaaakkkk.

Awal menikah, masaknya itu-itu saja, tumis, sop, bisa masak telur balado saja sudah sebuah prestasi. Lalu saya mikir, kalau istri harus bisa masak enak ya harusnya suami kudu jago benerin genteng bocor, jago benerin pipa bocor, dan urusan pertukangan lainnya. Ya kan?

Kenapa saya sampai berpikir ke arah sini? Karena alhamdulillah suami saya tak pernah protes kalau masakan saya gitu-gitu aja. Saya pernah mbatin, kok semua masakanku dibilang enak ya padahal aku sendiri merasa biasa saja. Jadi saya juga gak protes kalau suatu saat suami mendelegasikan orang untuk benerin genteng bocor.

Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin saya tak pandai memasak tapi saya ada kelebihan di bidang lain. Mungkin juga suami tidak jago dalam urusan genteng bocor tapi punya kelebihan yang lain. Fokus saja pada kelebihan pasangan, ingat saja yang baik-baik, kalau mau marah ingat kebaikan-kebaikan suami. Kalau jengkel sama tingkah laku suami dipikirkan juga kalau kita di posisi sebaliknya, apakah dia akan jengkel juga sama kita. 

Senin, 05 Maret 2018

Tips Anti Baper

Buat saya, mak-mak yang  baperan..rawan sekali saat buka-buka media sosial. Paling bikin baper adalah ketika ada yang posting perkembangan anaknya yang bagus banget. Habis itu suka kepikiran, "Kok si itu umur segini dah bisa ini itu ya kok Qiyya belum ya". Habis itu browsing sana sini cari informasi, tahapan-tahapan pertumbuhan yang normal seperti apa. Meskipun udah tau kalau normal terkadang tetep baper yaa..hahaa..

Eh tapi itu dulu yaaa. Sekarang alhamdulillah jauh berkurang. Suatu hari saya dan suami mengikuti sebuah seminar parenting oleh Ibu Septi Peni W. (founder IIP) dan Pak Dodik Maryanto, seminar A Home Team di Tangerang. Beliau bilang, saya lupa Pak Dodik atau Bu Septi, bahwa jangan kita membandingkan keluarga kita dengan keluarga orang lain. Tapi bandingkanlah keluarga kita saat ini dengan keluarga kita satu tahun yang lalu. Apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik?

Pulang dari seminar saya keceplosan bilang sama suami, "Mas anak kita perkembangannya kayaknya lebih bagus dari si A ya?". Langsung suami bilang, "Adeeek..tadi kan udah dibilang waktu seminar, jangan dibandingkan Qiyya sama orang lain, tapi bandingkan Qiyya sekarang  sama kemarin." Terus saya malu dong, soalnya saya yang pengen banget ikut seminar itu, tapi rupanya suami lebih paham padahal tadinya beliau ogah-ogahan ikut seminar, mau ngabur aja. Tapi begitulah kehidupan rumah tangga, harus saling mengingatkan 😊😊

Nah, gara-gara momen keceplosan itu saya jadi mengingat-ingat pesan Pak Dodik dan Bu Septi. Tiap kali lihat postingan-postingan di media sosial tentang anak udah gak baper lagi. Menurut saya pesan yang disampaikan narasumber tidak berlaku sempit pada masalah keluarga, tapi bisa relevan dalam hal apapun. Intinya N+1 harus lebih baik dari N. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Maka yuk berproses agar lebih baik tiap harinya..biar gak baper..

#ceritaibukqiyya
#notetomyself