Kamis, 25 Oktober 2018

ALIRAN RASA GAME LEVEL 2

Sepuluh hari mengajarkan kemandirian pada Qiyya mengingatkan saya akan sesuatu yaitu masa-masa di saat saya sekolah. Saat itu hampir setiap malam ibu berkata, "Seragame disiapke dewe, buku-bukune barang, ojo nganthi lali".  Sekarang, saya baru paham semuanya. Saat itu beliau mengajarkan kemandirian pada saya, mengajarkan saya agar tidak bergantung pada orang lain. Pernah suatu ketika  buku saya tertinggal di rumah. Ketika saya menyadarinya, ibu sudah berada di kantor dan tidak ada yang dimintai tolong untuk mengambilkan buku. Yak! Dimarahi guru? Itulah konsekuensi yang harus saya hadapi.

Melalui game level 2 kemarin, saya mengajarkan kemandirian pada Qiyya. Ada 3 hal yang saya ajarkan yaitu menggosok gigi terutama di malam hari, mampu mengutarakan keinginannya dengan baik, dan membereskan mainan. Alhamdulillah sudah ada kemajuan. Qiyya mau menggosok dan digosok giginya, meskipun harus dengan seribu rayuan. Dia pun mampu mengutarakan apa yang ia mau dengan baik, tanpa teriakan, tangisan dan tanpa marah-marah. Kami membuat rules bahwa saya tidak akan menuruti permintaannya jika tidak dikatakan dengan baik. Nah, bagian membereskan mainan sendiri ini masih PR bagi saya. Saya belum berhasil menumbuhkan rasa tanggung jawab akan mainannya sendiri.

Banyak yang saya pelajari dari game level 2 ini. Salah satunya adalah mengajarkan kemandirian pada anak dibutuhkan pendidik (dalam hal ini bisa ibunya) yang konsisten untuk mengajarkan kemandirian. Mengajarkan kemandirian pada anak tidak bisa instan. Butuh proses yang tidak sebentar. Untuk itu selain konsisten juga diperlukan kesabaran. Saya pun belajar bersabar dan konsisten dari game level 2 ini. Prinsip saya adalah, "Ajarkan kemandirian pada Qiyya sekarang, atau akan lebih sulit jika mengajarkannya ketika dia sudah dewasa".

Saya melihat, Qiyya yang bisa menggosok giginya sendiri atau Qiyya yang bisa membuang sampah sendiri menjadi lebih percaya diri. Ia bangga melakukan hal-hal tersebut sendiri. Itulah sebagian kecil manfaat kemandirian pada anak. Untuk jangka panjangnya tentunya adalah mempersiapkan Qiyya untuk tidak bergantung pada saya karena tidak selamanya saya bisa menemani Qiyya.

Rabu, 10 Oktober 2018

Melatih Kemandirian Hari ke 7

Kemandirian pada anak tidak muncul tiba-tiba. Ada proses yang harus dilalui si anak. Peran orangtua disini adalah memberikan stimulus dan terus memberikan dukungan.

Berikut percakapan saya (S) dan Qiyya (Q) pada hari ke 7 Qiyya belajar gosok gigi

S: "Gosok gigi yuuk"
Q: "Emoh, mau mimik cucu"
S: (langsung sodorin sikat ke Qiyya)
Q: (ambil sikat lalu gosok gigi)

Begitulah, semakin hari saya semakin mengerti bagaimana membujuk Qiyya untuk gosok gigi.

Kali ini langsung digiring ke kamar mandi.  Saya coba gosok gigi pakai sedikit pasta gigi. Alhamdulillah..meski ada yang tertelan sedikit..huhuuu.. Yeeay..target hari ini berhasil.. Besok coba gosok giginya 2 kali sehari yaa..pagi dan malam.. bismillah..

Selasa, 09 Oktober 2018

Melatih Kemandirian Hari ke 6

Sore tadi jalan-jalan sama Qiyya dan tantenya ke kota. Ibuk perlu membeli sesuatu. Jam 7 malam baru sampai rumah. Qiyya sudah tidur sejak di mobil tapi bangun lagi ketika sudah sampai rumah. Hampiiiir aja ga gosok gigi malam..hehe..

Malam ini butuh rayuan agak kenceng untuk gosok gigi karena Qiyya udah agak ngantuk. Alhamdulillah masih mau sikat gigi dan disikat giginya.

Malam ini agendanya sikat gigi pakai pasta gigi plus kumur2. Tapi berhubung karena sudah terlalu ngantuk  jadi gosok giginya kilat. Alhamdulillah anaknya masih mau kumur2. Kumur2nya pun belum sempurna, masih ada air yg tertelan jadi pakai air matang.

Alhamdulillah,  selalu bersyukur atas progres yang dibuat Qiyya, sekecil apapun itu..

Kamis, 20 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 15

Siang tadi Qiyya agak rewel. Dia mengantuk tapi ga mau tidur. Ndilalah ayahnya mau keluar sebentar  mau potong rambut. Qiyya pun pengen ikut. Qiyya ikut  saya pun harus ikut. Kami pun siap-siap.

Selesai siap2, Qiyya tambah mengantuk. Saya bilang, "Qiyya ndak usah ikut ayah yaa..di rumah aja bobok sama ibuk." Dia bilang, "Emoh..mau itut, maik mobing." (Mau ikut  naik mobil). Memang yaa..kalau sudah janji sama anak harus ditepati.

Yasudah, akhirnya kami ikut. Berangkatlah kami.. alhamdulillah di tengah jalan Qiyya anteng, ngantuk..hehe.. Selesai potong rambut, langsung menuju rumah. Qiyya akhirnya mau bobo..

Selama 15 hari melakulan tantangan komunikasi produktif dengan anak, saya jadi lebih banyak belajar. Belajar untuk bersabar, belajar merangkai kata agar yang dikatakan adalah kalimat yang efektif, dan tentunya belajar lebih memahami anak. Semoga kedepan bisa konsisten menggunakan komunikasi yang produktif kepada anak

Rabu, 19 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 14

Percakapan saya dan qiyya pagi ini ketika memasak. Saya (S) dan Qiyya (Q)

S: "Qiyya, ibuk mau ambil daun jeruk sama serai di depan, Qiyya tunggu disini atau ikut.."

Q: "Itut."

S: "Oke.."

Beberapa saat kemudian..

S: "Ibuk dah selesai, masuk yuk.."

Q: "Emoh.."

S: "Yaudah, Qiyya main di luar dulu. Kalau mau masuk bilang yaa.." (Qiyya main di luar rumah tapi masih di dalam gerbang, sambil saya sesekali menengok keluar. Pintu depan saya tutup karena kucing suka masuk. Saya melanjutkan masak di dapur ).

Q: "Mau macuk.." (bilang mau masuk setelah beberapa saat bermain sendiri)

S: "Yuk sini..ibuk bukakan pintu.."

Q: "Dadah mium..becok yagi." (Dadah meong, besok lagi).

Alhamdulillah..ibuk bisa masak tanpa tangisan Qiyya dan  Qiyya senang bisa main di luar. Kuncinya, komunikasi yg produktif dengan anak. Pahami dia maunya apa dan sampaikan apa yang kita mau dengan kalimat yang mudah dipahami dan intonasi yang lembut.

Selasa, 18 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 13

Jam 9 pagi tadi saya mengajak Qiyya belanja sayur ke toko sayur depan perumahan. Seperti biasanya Qiyya sambil naik sepeda. Nah  sewaktu sampai depan pagar rumah saya baru tahu kalau Qiyya pup. Saya berencana untuk ganti popok dulu baru belanja. Tapi Qiyya tidak mau. Sudah dijelaskan dengan kalimat yang sederhana dan nada yang ramah pun tak mau.

Saya ubah strategi. Tetap mendorong sepeda Qiyya tapi tidak ke toko sayur melainkan toko depan gang. Hehe.. sampai sana kami membeli yogurt lalu pulang dan mengganti popok Qiyya. Mungkin kata Qiyya, "Kan ibuk sudah janji mau sepedaan". 😊😊

Senin, 17 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 12

Pagi ini Qiyya tantrum untuk pertama kalinya. Penyebabnya sepele, hanya karena saya larang untuk makan kacang atom karena sedang makan pagi. Lalu Qiyya menangis kencang, berteriak, bilang ingin makan kacang atom. Saya konsisten untuk menolak karena jika diberikan  maka ia akan kenyang dan tidak mau melanjutkan sarapannya.
.
Apa yang saya katakan kepadanya tidak didengar, jadi saya diam selama ia masih menangis kencang. Hanya menggendongnya karena ia minta digendong. Sambil digendong, saya tunggu emosinya mereda. 10 menit kemudian emosinya mereda. Ia minta minum ASI. Baiklaah.. sambil menyusui saya belai kepanya, saya tatap matanya, lalu saya cium keningnya. Saya bilang, "Ibuk sayang sama Qiyya. Ibuk mau Qiyya maem nasi dulu baru maem kacang.."
.
Memang benar, ASI itu tidak hanya mengenyangkan tapi menenangkan bayi. Tidak butuh waktu lama, Qiyya sudah bisa tersenyum. Seolah lupa kejadian barusan. Lalu saya ajak untuk melanjutkan makan. Alhamdulillah mau dan habis. Setelah makan sudah tidak ingat kacang lagi.
.
Saat melakukan komunikasi kepada anak. Kuasai diri terlebih dahulu, jangan sampai terbawa emosi anak. Anak marah, berteriak, kita senyumin aja, sabaaar. Sulit memang butuh latihan berhari-hari bahkan berbulan-bulan..hehe..

Minggu, 16 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 11

Pagi ini tidak seperti biasanya Qiyya bangun siang. Jadi di tengah-tengah saya memasak baru dia bangun. Jadi, saya berhenti dulu sejenak dan menghampirinya di kamar. Membujuknya untuk ikut ke dapur. Rupanya dia masih ingin malas-malasan di kamar. Hehe..
.
Berikut percakapan kami, saya (S) dan Qiyya (Q).

S: "Assalamu'alaykum.. anak ibuk dah bangun.. mimpi apa semalam?" (Tak lupa cium pipinya dulu)

Q: (masih duduk di kasur)

S: "Masak yuuk di dapur." (dengan nada yang lembut"

Q: (masih enggan beranjak)

S: "Yuk goreng telur ayam..nanti Qiyya yang aduk-aduk."

Q: "Ut ayam..aduk-aduk.."

S: "Iyaa. Yuuk...nanti Qiyya yang aduk-aduk."

Q: "Yuuuk. Yuk.."

Sampai di dapur, saya menepati janji. Menyiapkan telur, diberi bumbu, lalu memberikan Qiyya sendok. Mulailah Qiyya mengaduk telur. Tumpah-tumpah dikit. Saya bilang, "Hati-hati yaaa.." sambil khawatir kalau mangkok telurnya dituang ke lantai. Alhamdulillah amaaan. 
.
Salah satu cara untuk menumbuhkan kepercayaan anak kepada orangtuanya adalah dengan cara menepati apa yang sudah dijanjikan orangtua kepada anaknya.
.
Dalam komunikasi produktif dengan anak, saya tidak perlu berceramah panjanh lebar karena Qiyya tidak akan paham. Cukup dengan kalimat singkat dan intonasi yang tepat  Qiyya biasanya paham dengan apa yang saya sampaikan.

Sabtu, 15 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 10

Semakin hari Qiyya semakin berkembang emosinya. Salah satunya dia sudah punya keinginan. Tapi ya namanya anak bayi, keinginannya aneh-aneh. Seperti tadi, ketika saya dan ayahnya bersiap mau sholat Ashar. Tiba-tiba Qiyya datang ke kamar bawa pel se-gagangnya. Maksudnya sih bagus mau ngepel kayak ibuknya. Tapi timing-nya kurang tepat. Wkwkw..
.
Ayahnya berinisiatif mengajaknya sholat. "Yuk, Qiyya sholat juga, disini yaa Qiyya sholatnya." ( sambil gelar sajadahnya Qiyya).
Qiyya tetep mau ngepel (anak rajin kan, hehe.. sebenernya gapapa mainan pel, tapi jangan di tempat sholat. Hehe).
Saya coba merayunya, "Ibuk pinjam pel nya boleh?" Anaknya berontak, tambah kuat pegang gagang pelnya. Gantian ayahnya pakai jurus yang sama tapi gagal. Wkwkwk.
Ini kalau misal pelnya diminta paksa, bakal ada drama, nangis kenceng trus sholatnya tertunda karena harus menenangkan Qiyya dulu.
.
Gemes sekali rasanya, tapi harus tahan diri ..hihi.. Akhirnya saya dan ayahnya diam dulu agak lama. Lalu saya bilang, "Ibuk pinjam dulu yaa..Qiyya sholat dulu yuk." Alhamdulillah..pelnya diberikan kepada saya..ajaib kan..tanpa ada drama.. Setelah itu kita sholat Ashar berjamaah deh..
.
Menghadapi tingkah anak yang gemesin itu butuh stok sabar yang banyaaakkk.. Selain itu harus dalam hati yang tenang, jangan panik. Mungkin tadi saya panik, keliatan banget kalo lagi gemes sama Qiyya, makanya Qiyya malah bersikap jauh dari yang diharapkan. Anak itu akan bersikap baik jika kita bersikap baik lebih dahulu kepadanya. Bukan sebaliknya..

Jumat, 14 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 9

Hari ini Qiyya super menguji kesabaran 😊. Salah satunya adalah saya tidak diijinkan memasak. Entah dia yang minta gendong saat saya memasak ataupun mencari perhatian dengan minta ASI, padahal tidak haus. Berikut percakapan antara saya (S) dan Qiyya (Q).

S: "Qiyya, ibuk masak dulu yaa?"
Q: "Emoh."
S: "Ibuk kan mau masak. Buat siapa?"
Q: "Qiyya.."
S: "iyaaa..buat siapa lagi?"
Q: "Qiyya"
S: "Ayah.."
Q: "..."
S: "Yuk.., ibuk masak, Qiyya mainan di dapur. Mainan mewarnai boleh.."
Q: "Aduk aduk.."(maksudnya mewarnai, karena dia suka proses pembuatan cat airnya yang diaduk-aduk, dia paling suka bagian aduk-aduk ini.)
S: "Ya, boleh" (Bergegeaslah kita ke dapur..hihiii..)

Saya persiapkan alat dan bahan mewarnai, palet diberi sedikit air dan pewarna makanan, kali ini tepung terigunya saya skip. Mau lihat perbedaannya. Setelah itu berikan pada Qiyya untuk diaduk-aduk dan siapkan kertas untuk dia mewarnai. Alhamdulillah, anteng. Ibuk bisa melanjutkan memasak dengan tenang beberapa saat. Sebelum akhirnya cat di paletnya ditumpahkan semua ke atas kertas. Hahaha..tidak apa-apa.. setidaknya Qiyya sudah mau ke dapur.. 😊

Komunikasi dengan anak itu melatih bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain. Dua tips yang saya terapkan kali ini adalah lakukan dengan intonasi yang ramah serta kalimat tunggal yang mudah dipahami.

#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Kamis, 13 September 2018

Komunikasi Produktif hari ke 8

Hari ini kami makan malam bersama di meja makan. Saya dan ayah Qiyya duduk di kursi biasanya dan Qiyya duduk di high chairnya. Di tengah sesi makan, entah karena bosan atau apa, Qiyya berdiri di high chairnya. Wah..bahaya sekali kaaan.. Saatnya ibuk Qiyya mengeluarkan jurus #komprod, hahahahahaaaa..
.
Tarik nafas dalaaam..hembuskan..biar ga emosi dan marah..

Saya: "Nak, duduk yuk." (Katakan kalimat positif pengganti 'jangan berdiri'   dengan nada yang ramah)

Qiyya: (masih berdiri di atas kursi)

Saya: "Mmm..kan lagi makan, ayah duduk, ibu juga duduk, semuanya duduk. Jadi, Qiyya juga duduk yaaa..(ketika saya menceritakan/mengatakan hal yang sama juga dilakukan atau dialami saya ataupun ayahnya, biasanya dia juga melakukan hal sama. Mirip jurus #komprod menasihati dengan memberikan refleksi pengalaman)

Qiyya: (duduk doong, alhamdulillah)
Saya: "Naaah, gitu..kan pinter" (jangan lupa dipuji anaknya biar seneng, hehe).

#day8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Rabu, 12 September 2018

Komunikasi Produktif Hari ke 7


Beberapa hari yang lalu, setiap bermain di luar, Qiyya selalu ingin main sepeda milik temannya. Langsung srobot aja gituu, padahal dia punya sepeda sendiri. Rumput tetangga lebih subur, hal itu berlaku juga pada bayi ternyata..hehe..
.
Nah, melalui tantangan 10 hari di komunikasi produktif ini, saya pengen coba untuk mengajari Qiyya bagaimana cara meminjam mainan temannya.
.
Pertama, saya beritahu dulu tentang kepemilikan. Sampaikan dengan lembut, "Ini sepeda Qiyya, yang ini punya Dedek Alfa."
Kedua, katakan, "Kalau Qiyya mau pinjam, bilang dulu yaa.. Dedek Alfa Qiyya pinjam yaa?" (Dalam penyampaiannya saya gunakan kaidah 7-38-55, 7% kata-kata 38% intonasi suara 55% bahasa tubuh, bicara sejajar dengan Qiyya, menatap matanya dan dengan intonasi yang lembut).
.
Qiyya tidak langsung menirukan apa yang saya ucapkan, saya ulang terus saat Qiyya mau pinjam sepeda temannya. Di hari ketiga, alhamdulillah ketika Qiyya mau pinjam sepeda temannya, Qiyya bilang, "Dedek Apaa..Qiyya pijam (Dedek Alfa Qiyya pinjam)". Meskipun habis itu langsung dinaiki tanpa tunggu jawaban yang punya..PR selanjutnya yaaa...
Meleleh langsung hati iboook.. Masya Allah.. Anak itu peniru ulung, maka dengarkan ia dengan kata-kata yang baik..

#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Selasa, 11 September 2018

Komunikasi Produktif Hari ke 6

Hari ini tantangannya masih sama dengan kemarin. Qiyya lagi hobi teriak-teriak. Mau minta ini teriak, minta itu teriak. Jika sudah begitu, saya menghela nafas dulu. Mengatur emosi supaya tidak marah atau ikut teriak. Baiklah, sejajarkan badan kita dengan anak lalu tatap matanya penuh sayang. Minta ia untuk mengulangi permintaannya dengan nada yang lembut. Puji ia karena telah berkata lembut, lalu sampaikan kepadanya bahwa teriak-teriak itu tidak baik. Tidak semua anak  langsung paham atau menurut saat diberi tahu, tapi tetap konsisten beri tahu anak. Dan juga..ketika anak berteriak, balaslah dengan kelembutan bukan teriakan.

#Day6
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Sabtu, 25 Agustus 2018

NHW Pra Bunsay Adab Menuntut Ilmu X COC

NHW Pra Bunsay

Adab Menuntut Ilmu X COC

1. Alasan terkuat yang saya miliki untuk menekuni kelas bunda sayang adalah ingin memberikan yang terbaik dari diri saya untuk anak saya (Taqiyya). Anak itu sudah terlahir hebat, oleh karena itu butuh ibu yang hebat pula agar ia bisa berkembang dengan baik, untuk iti saya harus belajar agar bisa membersamai Taqiyya dengan baik.

2. Strategi menuntut ilmu yang saya rencanakan untuk bidang tersebut adalah
a. Memperbaiki manajemen waktu diri sendiri sehingga dapat meluangkan waktu khusus untuk belajar
b. Mempersiapkan diri untuk menerima ilmu ('mengosongkan gelas', berdoa agar ilmunya berkah)
c. Mengikuti setiap tahapan dengan sungguh-sungguh (segera membaca materi, aktif mengikuti diskusi,  mengerjakan setiap tugas dengan sungguh-sungguh)
d. Mengamalkan/menerapkan  setiap ilmu yang didapat agar lebih terikat

3. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap yang harus saya perbaiki dalam menuntut ilmu tersebut adalah
a. Membiasakan untuk izin jika berhalangan hadir saat diskusi
b. Datang tepat waktu saat kelas dimulai (diskusi)
c. Lebih kritis lagi terhadap informasi yang didapat terlebih dari internet, lebih tabayyun lagi agar informasi/ilmu yang didapat benar.

HASIL DISKUSI STUDI KASUS DALAM PEER GROUP
♡ Group 2 ♡

Sikap Pembelajar Terhadap Fasilitator

1. Menghormati:
- datang tepat waktu/bahkan sebelum materi dimulai
- menyimak apa yg disampaikan
2. Menghargai:
- mengaplikasikan ilmu
- respon yg baik saat pembelajaran
- tdk menyela saat fasil menyampaikan materi
3. Bersikap sopan dan beradab saat fasil melakukan kesalahan (lbh baik wapri)
4. Meminta izin dgn baik saat diperlukan.

Saat berdiskusi, fasil menyampaikan jwbn yg krg tepat, apa yg kita lakukan?

1. Hudznudzon ke fasil
2. Koreksi kesalahan dgn penuh kesopanan via japri

Jadwal diskusi sudah ditetapkan, Materi sudah diposting di
GClassroom, kemudian Review diskusi pun sudah tersedia, apa yg perlu dilakukan sebagai mahasiswi yg beradab baik?

1. Pribadi:
- Membaca materi dan mencernanya dgn baik
- Mencatat jadwal diskusi
- Menyiapkan bahan utk diskusi (jk ad yg ingin ditanyakan)
- Izin jk berhalangan diskusi
- Menyimak dan berperan aktif saat hadir dlm diskusi
- Mengamalkan materi yg sdh didapat

2. Bersama:
Berbagi hasil resume materi kepada teman yg berhalangan

Di setiap level, akan ada tantangan 10 hari, dimana Mahasiswi
perlu menuliskan pengalamannya dalam melakukan tantangan
yang diberikan. Tentunya mahasiswi ingin bisa tepat waktu dalam
menyetorkan tugasnya. Mana yang lebih bermartabat, membuat
setoran asal-asalan agar tepat waktu, atau berusaha mengatur
waktu dengan baik agar bisa membuat setoran berkualitas dan
bisa tepat waktu?

Tepat waktu dan berkualitas, dgn alasan:
1. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab
2. Melatih manajemen waktu
3. Mencontohkan yg baik utk anak dan itu akan terasa lbh semangat
4. Sbg komitmen kita dlm mengamalkan materi/ilmu

Materi yang disampaikan dirasa sangat bermanfaat, mana yang lebih bermartabat? Menulis
ulang materi di medsos/blog, atau Menuliskan pengalaman dan hikmah saat mendapat
materi, kemudian membuat review dari sudut pandang sendiri?

Yg lbh bermanfaat adalah menuliskan pengalaman dan hikmah dari materi yg didapat yg selanjutnya membuat review berdasarkan sudut pandang pribadi
Hal ini jg penting, krn:
- menghindari plagiat
- melatih bakat kepenulisan kita
- lebih terasa ilmunya
- sebagai perbaikan diri/reminder

Sedangkan menulis materi ulang, menurut kami ckp sbg catatan pribadi sj (sesuai COC tdk disebarluaskan)

Mendapatkan tawaran utk mengisi materi yg berkaitan dgn bunda sayang, apa yg akan Anda lakukan?

Diterima jk sudah mendapat izin dr suami dan anak2, dan tentuu minta pendapat ke fasil/tim IP terkait materi yg disampaikan. Jika sdh fix dr pihak terkait, baru pelajari/persiapkan dgn matang agar penyampaian materi lancar.

Kegiatan domestik dan ranah publik dirasa semakin padat, dan tidak memungkinkan untuk
mengikuti perkuliahan. Cuti atau mengundurkan diri, dibolehkan. Bagaimanakah etika saat
ingin mengajukan cuti atau mengundurkan diri?

- Komunikasikan (salah satunya meminta izin) dgn tim iP terkait dgn etika yg baik.
- Jika diizinkan lakukan prosedur selanjutnya dgn baik
- Berpamitan dgn teman2 sekelas

Kuota bunda sayang terbatas, banyak IPers yg ingin mengikuti perkuliahan namun tdk mendapat kuota, sementara itu ada peserta yg sdh daftar mundur di tengah jalan. Bgmn pendapat teman2 mengenai konsekuensi yg sebaiknya diberlakukan?

Selalu diawali berhudznudzon ya atas keluarnya peserta dr kelas. Konsekuensinya Tergantung alasan mundurnya karena apa. Kalau memang sesuatu yg mendadak, tidak diduga sebelumnya, misalnya dpt musibah atau kondisi yg berubah, konsekuensinya hanya harus remidi. Tapi kalau itu sesuatu yang memang sudah berjalan, tapi ternyata setelah dijalani tidak bisa mengatur waktu, mungkin boleh juga dibanned satu periode misalnya. Jd baru boleh ikut lagi dua batch setelahnya. Konsekuensi ini perlu dinyatakan pada saat pendaftaran.

♤ WAG ♤

Terkait studi kasus... untuk yg permintaan menjadi narsum:
Alhamdulillah.. ada pihak yg meminta kita jadi narsum di suatu acara, dan ternyata materi bunda sayang sangat cocok disampaikan.
Boleh gak ya? Harus izin dulu atau tidak?

Yup Harus izin. Namun utk materi2 kelas mulai matrikulasi, bunsay, buncek, bunprod dan bunshal semuanya hanya utk internal mahasiswi kls tsb. Jadi tdk boleh disebar bebas keluar 😊

kenapa bisa begitu???
Karena:
✅ penyusunan kurikulum tidak mudah
✅ jika disebarkan sepotong2 khawatir ada salah tangkap dlm penerimaannya
✅ setiap materi hrs ada pendampingan
✅ gak jelas sumber ilmunya krn sdh tersebar luas tanpa tanggung jawab
✅ isinya bisa diubah-ubah atau malah dijadikan hak klaim
✅ bisa dianggap ilmu yg menyesatkan jika dipotong-potong dlm menyebarkannya
✅ berkaitan erat dgn adab menuntut ilmu sbg bentuk menghargai

Dan ini terkait dgn pertanyaan no. 5.. akan lebih bermartabat jika kita menuliskan pengalaman dan hikmah saat mendapat materi baru, kmdn membuat review dari sudut pandang kita sendiri.

Kalau dr IIP sendiri, kl tiba2 ada yg cuti atau mengundurkan diri tengah jalan, apakah ada konsekuensi tertentu?

Jika ada kejadian seperti ini tentu pengajuan pengunduran diri atau cutinya tdk langsung di approve. Akan dilakukan pendekatan personal dan dibantu menyelesaikan kendala yg dihadapi si mahasiswi tsb. Juga akan dilakukan upaya agar mahasiswi tsb tetap bisa belajar bersama. Dan ini butuh support dan kerjasama dari kita semua yg ada di kelas. Saling membantu, saling peduli, saling support sehingga belajar di kls ini tdk terasa berat tapi sebaliknya, akan terasa ringan, menyenangkan, ngangeni dsb.

HASIL DISKUSI DI GRUP WAG

1. Terkait studi kasus... untuk yg permintaan menjadi narsum:
Alhamdulillah.. ada pihak yg meminta kita jadi narsum di suatu acara, dan ternyata materi bunda sayang sangat cocok disampaikan. Boleh gak ya? Harus izin dulu atau tidak?

Yup Harus izin. Namun utk materi2 kelas mulai matrikulasi, bunsay, buncek, bunprod dan bunshal semuanya hanya utk internal mahasiswi kls tsb. Jadi tdk boleh disebar bebas keluar 😊

kenapa bisa begitu???
Karena:
✅ penyusunan kurikulum tidak mudah
✅ jika disebarkan sepotong2 khawatir ada salah tangkap dlm penerimaannya
✅ setiap materi hrs ada pendampingan
✅ gak jelas sumber ilmunya krn sdh tersebar luas tanpa tanggung jawab
✅ isinya bisa diubah-ubah atau malah dijadikan hak klaim
✅ bisa dianggap ilmu yg menyesatkan jika dipotong-potong dlm menyebarkannya
✅ berkaitan erat dgn adab menuntut ilmu sbg bentuk menghargai

2. Dan ini terkait dgn pertanyaan no. 5.. akan lebih bermartabat jika kita menuliskan pengalaman dan hikmah saat mendapat materi baru, kmdn membuat review dari sudut pandang kita sendiri

3. Kalau dr IIP sendiri, kl tiba2 ada yg cuti atau mengundurkan diri tengah jalan, apakah ada konsekuensi tertentu?

Jika ada kejadian seperti ini tentu pengajuan pengunduran diri atau cutinya tdk langsung di approve. Akan dilakukan pendekatan personal dan dibantu menyelesaikan kendala yg dihadapi si mahasiswi tsb. Juga akan dilakukan upaya agar mahasiswi tsb tetap bisa belajar bersama. Dan ini butuh support dan kerjasama dari kita semua yg ada di kelas. Saling membantu, saling peduli, saling support sehingga belajar di kls ini tdk terasa berat tapi sebaliknya, akan terasa ringan, menyenangkan, ngangeni dsb.

Jogja, 25 Agustus 2018

Dyah Ayu Safitri

Sabtu, 11 Agustus 2018

Keluarga Idaman (1)

Allah itu Maha Baik. Allah lah yang menghadirkan keluarga-keluarga yang baik di sekitarku di saat aku merasa 'jenuh' dengan kondisi keluargaku yang rapuh.

Aku mengenal mereka sudah lama sekali. Beberapa kali aku datang ke rumahnya. Silaturahim..beberapa kali itu pula aku takjub dengan suasana di rumah itu. Benar- benar "rumah", beda dengan rumah yang aku rasakan selama ini.

Seorang ayah yang begitu kebapakan. Bijaksana. Bertanggungjawab. Benar-benar menjadi sandaran bagi anak istrinya. Pengalaman hidup yang selalu ia ceritakan saat aku kesana sungguh membuka mataku. Bagaimana beliau bekerja keras di waktu muda, mengalami masa-masa susah dalam hidup beliau tapi tidak melupakan sedekah, serta bagaimana sikap beliau kepada anak istrinya selalu membuatku iri. Ingin juga jadi anaknya. Haha..

Kemudian seorang istri yang patuh kepada suaminya. Mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk keluarganya. Dari beliau aku belajar, jadi ibu itu harus pandai, pandai apapun. Beliau cantik, aku suka melihat foto beliau waktu masih muda, sampai sekarang awet cantiknya. Dari urusan masak (masakan beliau enyaaakkkk) sampai nyetir mobil pun bisa. Seorang ibu itu harus bisa jadi sahabat untuk anak-anaknya dan pengayom bagi suaminya. Begitu yang aku tangkap dari sikap beliau kepada keluarganya.

Lalu anak-anak yang patuh, akur satu sama lain, ceria, baik hati, tidak pemilih saat berteman. Beruntung mereka mempunyai orang tua seperti mereka.

Keluarga ini memberiku banyak perubahan, dari yang semula aku pikir keluarga hanyalah sebuah kewajiban orangtua menyekolahkan anak dan kewajiban anak patuh pada orangtuanya, ternyata keluarga bisa se-menyenangkan ini, bisa sehangat ini, aku merasa menemukan oase di tengah-tengah mereka. Aku terharu. Sering aku menangis mengingat betapa baiknya sikap mereka kepadaku, aku yang bukan apa-apa mereka. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada keluarga mereka serta memberikan balasan terbaik kepada mereka...

Minggu, 05 Agustus 2018

Ibu Rumah Tangga

Banyak kontroversi yaaa..mana yg lebih baik antara ibu yang bekerja di ranah publik atau bekerja di rumah. Semua sama baiknya yaaa..saya buat tulisan ini untuk menyemangati diri saya sendiri bukan untuk nyinyir atau apapun.

Saya apoteker, sebelum menikah saya bekerja di ranah publik,  1,5 tahun bekerja kemudian resign dan mengikuti suami. Setelah itu Allah memberikan amanah kepada kami, saya hamil dan suami meminta saya untuk menunda mencari pekerjaan.

Sampai akhirnya suami meminta saya untuk fokus di rumah saja dengan calon  buah hati, biar urusan nafkah urusan suami. Begitu kata beliau. Tanpa perdebatan langsung saya iyakan. Waktu itu suami memberikan penjelasan yang bagus sehingga saya pun luluh. Hehe..

Alhamdulillah, meskipun dulu orangtua saya dan mertua meminta saya untuk tetap bekerja, sampai sekarang mereka tidak pernah mempermasalahkannya.

Ketika keluarga tidak ada yang mempermasalahkannya, justru orang lain lah yang ribut. Ada yang bilang, wah sayang ya ijazahnya, sayang ya ilmunya, kalau udah kelamaan momong nanti males kerja lho.. dll..

Baiklah..bagi saya dan suami.. keberadaan seorang istri di rumah itu juga bekerja. Memasak, membersihkan rumah, mencuci, menyetrika, mengasuh anak, dll itu bekerja. Bayangkan jika saya bekerja, ada sebagian pekerjaan yang pasti akan disubkontrakkan ke orang lain. Mengasuh Qiyya pun pasti tidak bisa seperti sekarang. Masalah anak ini yang paling memberatkan saya untuk tetap si rumah. Kami merasa man eman jika Qiyya dititipkan orang lain ketika saya bekerja. Saya pun berpikir, apakah jika saya bekerja, perkembangan Qiyya bisa secepat ini?

Keuntungan lain saya bekerja di rumah adalah saya punya banyak waktu untuk suami dan Qiyya. Kapan pun suami butuh saya meskipun cuma minta ditemani ke atm saya bisa. Saya dan suami tipe orang yang males kemana-mana sendiri. Bahkan pernah, suami mau potong rambut pun minta ditemani. Hehehe..

Masalah rejeki kami pasrah sama Allah. Hitungan manusia, jika suami istri bekerja pasti pendapatan keluarga akan lebih banyak daripada suami. Tetapi tidak dengan hitungan Allah. Alhamdulillah kami cukup sampai saat ini. Kalo dihitung-hitung pendapatan keluarga sekarang dibanding ketika saat saya masih bekerja lebih banyak sekarang. Alhamdulillah.. Tidak perlu khawatir soal rejeki, insyaAllah sudah ada jatahnya..selagi istri patuh pada suami dan suami ridho pada istri insyaAllah Allah pun ridho kepada mereka.. Begitulah logika sederhana kami..

Oiya..ada satu lagi keuntungan saya bekerja di rumah. Saya bebas mudik kapanpun..hahaha.. Maklum..Qiyya adalah cucu pertama dari dua keluarga, jadi akung utinya masih ingin dekat dengan cucu satu-satunya, intensitas mudik kami pun tinggi. Tangerang-Magelang-Kediri sudah seperti Jogja, Magelang, Solo..hahaa..

Sabtu, 04 Agustus 2018

Resep Kentang Goreng ala Ibuk Qiyya

Qiyya suka banget sama kentang goreng. Ini jadi salah satu andalan saya pas Qiyya males maem. Lumayanlah ada karbo masuk..hehe..
Kalo selama ini beli, karena belum pernah buat kentang goreng yang krispi dan gurih. Nah, karena lagi mudik, ga tau belinya dimana dan males keluar akhirnya googling resep yang paling simpel trus bikin deh. Resep ini dari Instagram @lina.tjoandra

Berikut resepnyaaa...

Bahan
*kentang
*tepung terigu
*tepung bumbu (saya pakai Sasa)
*minyak goreng

Cara membuat
*kupas lalu potong kentang kecil memanjang
*cuci bersih sampai air berwarna jernih
*rebus air hingga mendidih lalu masukkan kentang selama 5 menit lalu angkat dan tiriskan
*campur kentang yang masih hangat dengan tepung dan tepung bumbu
*masukkan freezer (saya buat siang lalu digoreng sorenya)
*goreng dengan minyak panas dan api sedang
Selesaaaai..

Resep ini gampil banget dan enaaakkkkk.. bisa juga dibuat stok. Kalau pengen makan tinggal goreng. Praktis buat saya yang selalu nyetok makanan..haha..

Nah kekurangannya adalah karena pakai tepung bumbu, dan disitu ada MSG nya..walaupun dikit sih. Qiyya tadi makan tapi dikit..hehe. Mungkin lain kali bisa pilih tepung bumbu non MSG atau bikin sendiri. Karena suhu udara sedang dingin sekaliiii jadi kentang yang digoreng cepet dingin. Pas dingin pun enaaakk..kentangnya gak lemes gitu. Tapi  ada rasa agak pahitnya. Mungkin kualitas dari kentangnya sendiri sih..

So far bebikinan hari ini sukses..kata uti sama tantenya Qiyya sih enaaakkkkk... alhamdulillah yak.. ibuk bahagia..hehee

Jumat, 03 Agustus 2018

Qiyya 25 tahun lagi

Tiba-tiba kepikiran seperti ini, ketika Qiyya sudah menikah. Jadi orangtua/mertua seperti apakah saya?

Dilema memiliki anak perempuan adalah ketika ia menikah ia harus patuh kepada suaminya dulu baru kepada orangtuanya. Apakah nanti saya boleh mengharapkan Qiyya sering-sering datang ke rumah untuk bercengkerama ataupun hanya menengok kami, ayah dan ibuknya? Bagaimana perasaan saya kelak jika Qiyya lebih sering pulang ke rumah mertuanya daripada ke rumah kami? Bolehkah saya merasa sedikit sedih?

Apakah saya bisa seperti ibu saya yang tidak pernah bertanya, "Kapan pulang ke Magelang?"

Entah Nak, tentu ibuk rindu saat-saat dimana kamu hanya milik ibuk. Tapi ibuk juga akan sangat bahagia ketika kelak kamu menemukan seorang laki-laki soleh yang bisa membimbingmu menuju surga. Ketika itu tentu ibuk sangat mengharapkan kamu berbakti kepada suamimu. Karena dengan itu secara tidak langsung akan membawa ibukmu ini ke surga.

Ah Nak..usiamu masih 16 bulan tapi ibuk sudah memikirkan jauh 25 tahun kedepan..lucu ya? Ibuk membayangkan ketika melepasmu kelak ibuk pasti menangis. Menangis haru. Doa terbaik dari ibuk selalu tercurah untukmu Nak.
Semoga Allah memberimu jodoh laki-laki soleh juga berbakti kepada orangtuanya..

Nak, ibuk ingin menghabiskan sisa waktu bersama kita dengan sebaik-baiknya. Semoga ibuk bisa menjadi teman, guru, yang bisa selalu membimbingmu penuh kasih sayang. Mungkin ketika kelak kamu beranjak dewasa, ada sedikit salah paham diantara kita. Semoga itu menjadikan kita semakin dewasa ya..

Ibuk sayang Qiyya karena Allah 😘😘😘

Kamis, 02 Agustus 2018

Puding Roti Tawar Kukus ala Ibuk Qiyya



Ini adalah resep andalan ibuk Qiyya untuk menghabiskan stok roti tawar atau senjata saat Qiyya males makan. Bikinnya berdasar resep-resep di Instagram yang dimodifikasi, hehe, disesuaikan dengan stok bahan yang ada, soalnya seringnya bikin dadakan..wkwk..
Ibuk Qiyya gak jago baking jadi asal Qiyya doyan ibuk merasa berhasil..wkwk.. Ibuk Qiyya juga ga jago poto-poto makanan, jadi seadanya saja yaaa..ini cuma buat dokumentasi pribadi saja, supaya besok-besok kalau mau buat sudah ada pedoman, ga modifikasi terus,,hehehe..

Bahan
·         6 lembar roti tawar
·         3 butir telur ayam kampung
·         2,5 gelas belimbing susu cair (Indomilk full cream plain)
·         4 sdm gula pasir
·         1,5 sdm margarin
Cara membuat
·         Potong roti tawar berbentuk dadu, tata pada loyang yang diolesi margarin (bisa pake wadah aluminium foil atau wadah tahan panas)
·         Kocok 3 butir telur dengan gula pasir
·         Hangatkan susu cair dan margarin hingga margarin mencair lalu campur dengan kocokan telur
·         Tuang pada Loyang
·         Bisa diberi bubuk kayu manis, kismis, potongan apel, atau pisang (kali ini saya pake potongan apel)
·         Kukus selama 30 menit
·         Sajikan hangat atau masukkan kulkas lebih dulu

Setelah 30 menit hasilnya seperti gambar di atas, langsung kita cobain hangat. Alhamdulillah Qiyya doyan, yeeaaaay! Tapi kata tantenya kurang manis (dia standar manisnya tinggi sih emang). Tapi sayangnya lengket maaaak, enak memang bikin di wadah sekali makan gitu sih pake aluminium foil atau kalau enggak pake wadah kaca, berhubung lagi di rumah uti jadi seadanya, hehe.

Setelah dicobain hangat-hangat sisanya dimasukkan kulkas. Qiyya lebih doyan, wohoho.. Terus rasanya jadi lebih manis. Ajaib kan yak..haha.. Buat percobaan selanjutnya susu cair bisa ditambah, jadi 3 gelas belimbing mungkin. Terus susu cairnya jangan pake yang plain biar agak manis. Ditaburi kayu manis lebih enak, wangi trus enak gitu. Oiya..pengen coba yang versi panggang sebenernya tapi belum punya oven. Jadi seadanya dulu, yang penting Qiyya sukaaaaa…

Rabu, 01 Agustus 2018

Belajar Menulis




Salah satu poin pengembangan diri yang ingin saya dapatkan adalah kemampuan menulis. Saya ingin berbagi ilmu dengan tulisan, berbagi mengenai ilmu parenting atau tentang kesehatan misalnya. Tetapi saya tidak tahu bagaimana harus memulai menulis. Oleh karena itu, ketika pendaftaran kejar IIP dibuka, saya ingin mendaftar. Salah satu cara belajar yang efektif bagi saya adalah mencari komunitas yang sesuai, dengan begitu memicu saya untuk belajar.
          Beruntung sekali saya sekali masuk grup kejar di Whatsapp ada tamu special yang sangat menginspirasi, yaitu Teh Indari. Saya kagum dengan perjalanan menulis beliau. Dari penulis diary hingga menjadi penulis buku, membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk berproses. Beberapa poin yang saya dapatkan antara lain, menjadi penulis itu tidak instan, ada prosesnya! Selain itu, yang paling penting adalah, konsisten pada komitmen yang dibuat. Melihat begitu konsistennya beliau pada target-target yang beliau buat. Tidak heran jika beliau bisa menjadi seperti sekarang. Nah, konsisten pada komitmen ini PR besar bagi saya. Seringkali membuat target-target tetapi tidak dilakukan. Bismillah yuk..semoga dengan mengikuti kejar menulis dan setelah mendapat pencerahan dari Teh Indari bias lebih semangat dan konsisten untuk belajar menulis.
          Banyak alasan yang dibuat-buat yang menjadi pembenaran atas kemalasan mau menulis. Misalnya yang terjadi pada saya, pekerjaan rumah yang tidak kunjung selesai dan anak masih kecil sehingga butuh perhatian lebih. Sebenarnya kedua hal tersebut dapat disiasati dengan manajemen waktu yang baik. Bukankah dalam materi matrikulasi IIP kemarin sudah diajarkan tentang manajemen waktu? Memberikan kandang waktu pada aktivitas-aktivitas yang termasuk aktivitas rutin atau dinamis. Melihat bagaimana rapinya manajemen waktu Teh Indari membuat saya terinspirasi harus membuat manajemen waktu yang baru, lebih tepatnya memperbaiki manajemen waktu yang telah dibuat dulu.
Manajemen waktu yang saya buat untuk mendukung proses belajar menulis:

04.30-05.00          Sholat Subuh, membaca Al Quran
05.00-10.00          Aktivitas rutin
(memasak, bersih-bersih rumah, mandi, memandikan anak, sarapan, dan menyuapi makan anak)
10.00-13.00           bermain dengan anak, istirahat siang
13.00-14.00           makan siang
14.00-16.00           main bersama anak
16.00-17.00           bersih-bersih sore
17.00-18.00           bersosialisasi dengan tetangga
18.00-18.30           Sholat maghrib
18.30-19.30           makan malam
19.30-21.00           quality time dengan keluarga
21.00-22.30          aktivitas dinamis (menulis, baca buku) dan aktivitas rutin (setrika)
22.30                    tidur

          Saya harus membuat target untuk belajar menulis, tidak banyak yang terpenting bisa saya capai. Ketika target sudah dicapai, buat target baru.
Target yang harus saya capai:

·         One day one post
Saya ingin menulis setiap hari 1 tulisan, minimal 150 kata yang di post di media social baik itu Facebook, blog, atau Instagram. Tema tulisan bebas.
Agar “memaksa” saya untuk memenuhi target tersebut maka saya membuat list yang berisi catatan menulis setiap harinya. Juga saya membuat punishment apabila saya tidak menulis hari ini maka dibebankan esok harinya. Begitu seterusnya.

Target Menulis DYAH AYU SAFITRI

Bulan :
Target bulan ini :
Tgl
Aktual
 Utang
Tanggal penunasan
Post di IG/FB/Blog
1




2









dst





Jika kedua hal di atas dapat saya lakukan dengan baik dan konsisten InsyaAllah akan ada hasilnya. Bismillah…

#kejarmenulisIPTangsel
#kulwapTehIndari

Ayah dan Qiyya

Sejak saya sakit, Qiyya dan ayah semakin dekat dari sebelumnya. Mungkin Qiyya tau kalau ibunya tidak bisa gendong dia sementara waktu.

Karena saya masih dalam proses pemulihan post KET, saya dan Qiyya pulang ke Magelang dulu. LDR lah Qiyya dan ayahnya. Kalau dulu sebelum ada Qiyya saya yang manja kalau LDR kini Qiyya lebih lagi. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Sudah 2 hari ini ketika bangun tidur, Qiyya langsung memanggil ayahnya berkali-kali, lalu menangis. Melihat foto ayahnya juga dipanggil-panggil. Yang paling nyess bagi saya adalah ketika ada bantal dimana sarungnya ada karikatur ayahnya dan saya. Dia panggil bantal itu, "ayah". Dicium-cium bantalnya, dipeluk peluk. Bahkan ketika saya memeluk bantal ekspresinya sama ketika saya memeluk ayahnya, "emoooh.."

Nak, sabar yaaa.. 3 minggu lagi insyaAllah dijemput ayah..saat itu ibuk sudah sehat lagi. Ibuk sudah bisa gendong Qiyya lagi. Sudah bisa beberes rumah, masak, dll. Sekarang sama ibuk, uti, tante dulu yaaa.. sama ayah video call dulu yaaa.  😗😗😗

Kamis, 26 Juli 2018

Kontrol Pertama

Seminggu setelah keluar rumah sakit, saya kontrol ke dokter kandungan. Seperti biasaaa..sudah menyiapkan banyak list pertanyaan..hehee. Berikut jawaban-jawaban beliau..

"Dari hasil patologi anatomi (PA) tuba falopi, tidak ada keganasan..corpus lutei dll tidak ada, ini yg menunjukkan kehamilan. Nah, karena ini sudah jatuh ke gumpalan2 darah".

"Kemarin hanya perut saja yang dibuka, rahimnya tidak jadi sebenernya kalau mau hamil lagi ya ga papa..tapii..tunggu setahun lagi lah yaa.."

"Saya tidak bisa memastikan apakah penyebabnya memang IUD, saya baru menemukan ini kasus IUD dengan KET. Untuk selanjutnya dijaga ya bu tuba dan ovarium sebelah kanan..jangan sampai kenapa2 lagi. Kalo ada sesuatu dokternya harus jeli. Jangan sampai diangkat..nanti ibu menopause" (jujur ini sedih sekali)

"Kalo mau lahiran normal nanti dilihatnya UK 36-37. Kita liat kondisi bayinya..BBnya berapa, sungsang tidak..dll"

"Ibu mau pake KB apalagi ini ya? Heheee" (Duh Dok.. hahahahaaaa)

Selasa, 24 Juli 2018

Akhirnya ketemu : KET

Ramadhan tahun ini (Mei 2018) saya mengalami nyeri perut seperti haid dan keluar darah seperti haid kira2 3 hari setelah masa menstruasi selesai. Setelah itu muncul flek2 dan rasa tidak enak di perut. Tapi masih bisa ditahan..jadi biasa saja.. Seminggu setelah flek2/perdarahan saya konsultasi ke dokter kandungan sekalian kontrol IUD (pas jadwal kontrol). Dokter melakukan USG dan mengatakan bahwa posisi IUD normal, rahim pun normal tak ada masalah..mungkin hormonal saja. Jadi saya diberi vitamin dan asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan/flek. Dokter mengatakan untuk kembali lagi satu bulan jika tidak ada perbaikan.

Sekitar 3 minggu kemudian nyeri perut itu datang lagi. Kali ini lebih hebat. Datang tiba2.. sakitnya seperti ditusuk2 di perut kiri bawah..rasanya seperi mau pup/kentut tapi sakiiiiit banget. Saya kira wasir. Buat pup pun sakit sekali. 2 kali saya mengalami sakit seperti ini kebetulan pas lagi di mobil. Sampai keringat dingin. Akhirnya ke dokter lagi..di USG lagi, tapi tidak ada masalah dengan rahim maupun IUD. Flek/perdarahan pun masih, kadang sedikit kadang seperti haid banyaknya. Akhirnya diberi obat hormonal untuk mengatur jadwal menstruasi (Norelut). Seminggu lagi kontrol. Selain ke dokter kandungan  saya juga konsultasi masalah wasir..memang ada dan diberi obat penghilang nyeri dan bengkak dan salep untuk wasir.

Selama 5 hari minum penghilang nyeri saya tidak merasakan nyeri perut sedikitpun. Jadi saya merasa sudah baik2 saja. Nah, setelah obat nyeri habis..tiba2 nyeri perut itu datang lagi. Posisi saya hanya berdua dengan Qiyya (16bulan). Saya paksakan untuk memandikan qiyya, mandi dan menyuap Qiyya tapi tidak hilang nyerinya. Akhirnya rebahan..keringat dingin keluar..trus menyerah.. telepon Ayah Qiyya minta diantar ke RS.

Karena dokter kandungan jadwal prakteknya sore, dan itu masih jam 10an akhirnya ke dokter umum dulu. Diperiksa oleh dokter umum. Saya ceritakan apa yg saya alami sebulan ini. Lalu diminta rontgen abdomen sore harinya. Sorenya datang lagi ke RS  untuk rontgen abdomen. Dari rontgen itu diduga ada kista di rahim sebesar 10x5 cm. Kagetlah saya. Baru seminggu yang lalu usg rahim saya bersih kok tiba2 ada kista sebesar itu. Darimana cobaaa? Saya tanya dokternya.."secepat itukah dok?" Kata beliau sih mungkin2 saja.. Ok..let see..  Lalu dirujuklah ke dokter kandungan. Setelah saya tunjukkan hasil rontgen dari bagian radiologi saya di USG (ketiga kali). Akhirnya dokter memperluas area USG dari semula hanya rahim sampai ke sekitar rahim.

Dokter (D) : ini memang ada massa, tapi saya tidak tau ini apa. Yuk USG transvaginal ya..
Saya (S) : oke dok..

Lalu USG transvaginal..

D : ini massanya..tapi bukan di rahim.. di antara usus besar dan rahim dan besarnya tidak 10x5..sekitar 7cm aja
S: (njuk opo jaaal...tapi mendinglah ga segede 10 cm..)
D : saya VT yaaa  (pemeriksaan rahim dengan jari tangan)
S : iya..
D : ini sakit gak? (Beliau seperti menekan sesuatu lalu nyerinya sampai ke usus di atas anus. Persis seperti nyeri yg sering saya rasakan)
S : iyaa dok..sakit dok (mringis2)
D : ya ini...yg saya tekan massanya..memang dekat dengan usus, di belakang rahim
S : (jeng jeeeeng..kaget..tapi agak lega akhirnya ada titik cerah)

Lalu saya diminta cek urin yang ternyata tes kehamilan. Dari tespack  terbaca 2 strip. Berarti saya hamil. Kaget bukan main saya. Bagaimana bisa hamil lha wong haid tetap trus IUD posisi tetap juga.

Saya diminta segera operasi..mengambil gumpalan darah dalam perut sebelum pecah. Setelah dipikir2 dan diskusi dengan dokter serta suami akhirnya diputuskan besok siang operasi. Yes. Operasi. Huaaaaaaaa...

Singkat cerita... operasi berlangsung dengan anestesi spinal, di tengah operasi ditemukan bahwa ternyata tuba falopi kiri sudah pecah jadi harus diangkat. Sebelum itu saya ditidurkan karena saya mulai merasa nyeri..wkwkwk..saya tipe orang dengan metabolisme cepat mungkin yaa..2 kali operasi dengan bius spinal tidak bertahan lama..

Sewaktu sadar dari operasi baru diberitahu suami bahwa tuba falopi kiri sudah diangkat karena sudah pecah, tidak bisa dipertahankan lagidan terjadi perlengketan gumpalan darah dengan usus jadi operasi cukup lama.. 2 jam 15 menit.

Alhamdulillah..saya lega akhirnya ketemu juga apa yang menyebabkan nyeri perut sampai keringat dingin selama sebulan kemarin. Meski bayarannya ga mudah..tuba falopi kiri harus diambil dan menyadari bahwa saya hamil tapi tak sempat merasakan bahwa saya hamil dan kehilangan calon anak, itu sedih.

Tapiii..saya yakin.. Allah mendatangkan sakit ini untuk menghapus dosa2 saya..insyaAllah.. dan saya dan suami yakin bahwa ini yg terbaik untuk kami.. jadi..daripada menangisi apa yang sudah terjadi..lebih baik menyukuri apa yang masih kita miliki eh lebih tepatnya menyukuri apa yang Allah masih pinjamkan kepada kita.. 😘

Syukur

Seminggu post operasi KET.. ibuk dikit2 diingatkan bahwa setiap apa yang ada pada diri kita sesungguhnya hanyalah titipan dari Allah.

Termasuk tuba falopi kiri ibuk. Kini ia telah diambil Pemiliknya..

"Bersyukur masih disisakan tuba falopi kanan", gitu kata ayah Qiyya.

Jumat, 08 Juni 2018

Kamus Qiyya Juni 2018

Saat ini Qiyya umurnya 14,5 bulan.. Dia lagi seneng2nya ngomong..menirukan apa yang ia dengar..tak jarang apa yang ia ucapkan jadinya lucuuu..

Ibuk Qiyya mau nulis sebanyak2nya buat kenang2an nanti.. yuuk disimak..

*botak = kotak
*sapu = papu
*kipas = bopak
*jilbab = bobap
*hello kitty = kitiii
* kucing = meo
* kakak = tatak
*sepatu = kaki
*kaki = kaki
*saliha = aliya
*minum = nyinyo
*maem = maem
*ayah = ayah
*ibu = ibu
*uti =uti
*bayi = bayi
*bude = budi
*kepala = paya
*pipi =pipi
*hidung = bubup
*alis = ails
*mata = tata
*mulut = pupup
*tangan = tata
*rambut = babut
*perut = peuk
*puser = wiuwi
*domba = mba
*ikan = blepblepblep
*sapi = hemooo
*bebek = bibik
*cicak = tcitcak
*buku = bubu
*hp = papi
*Kakbah = bakbah
*habis = habits

Apalagi yaaa... segitu dulu yaa..hihiii..

Rabu, 25 April 2018

Setiap Anak itu Cerdas

Percaya gak kalau semua anak itu cerdas?
.
Iyaaa..anak cepet lhoo menirukan orangtuanya marah, orangtuanya teriak2, cepet juga lhoo menirukan kebiasaan orangtua yang jelek... eh??
.
Iyaa..kalo menirukan yang baik2 mah udah sering orang cerita.. anakku dah bisa ini itu lhooo.. Nah..kalo yg jelek2 ntar biasanya ngeh nya baru belakangan.. kok anakku jadi suka teriak2 ya?
.
Kalo anak diajari sesuatu cepet nangkep, waspada juga kalo dia kebetulan liat sesuatu yg buruk..liat orangtuanya marah2 misalnya...
.
Buat ngingetin ibuk Qiyya nih biar ga asal bertindak, ngomong kudu dijaga, jadi jaim deh depan Qiyya. Qiyya itu udah kayak 'rem' nya ibuk. Mau ngapa2in mikir dulu..mau celelekan takut ntar dicontoh Qiyya.. Kalo Qiyya mencontoh sesuatu yg jelek berarti kan kemungkinan besar dari ibunya..secara hampir 24 jam sama ibuknya.. 😭😭😭😭
.
Pernah nih ya ibuk beberapa kali keceplosan bilang 'emoh' (bahasa jawa artinya gak mau). Suatu ketika tiba2 pas mau disuap bilang 'emoh' trus ditawarin apa2 yg biasanya dia bilang 'mau' kok jadi bilang 'emoh'. Padahal saya gak merasa ngajarin..setelah diinget2 karena beberapa kali keceplosan bilang emoh dan ditiru sama Qiyya..
.
Bayi itu emang diciptakan cerdas.. Masya Allah.. semoga ibukmu ini bisa mengajarkan yang baik baik ya Nak 😘😘

Rabu, 18 April 2018

Materi #9 MIIP Bunda Sebagai Agen Perubahan

*Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #9*

_Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional_

*BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN*

Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.

Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.

Maka berkali-kali di Ibu Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan itu. Karena

_“mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”_

Maka apabila ada 1 ibu membuat perubahan akan terbentuk perubahan 1 generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impactnya.

Darimanakah mulainya?

Kembali lagi, kita harus memulai perubahan di ranah aktivitas yang mungkin menjadi

*“MISI SPESIFIK HIDUP KITA”*

Kita harus paham JALAN HIDUP kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai CARA MENUJU SUKSES.

Setelah menemukan jalan hidup, segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi _CHANGEMAKER FAMILY_.

Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.

Karena sejatinya amalan-amalan yang dicintai adalah amalan yang langgeng ( terus menerus) walaupun sedikit.

Kalau di Jepang mereka mengenal pola kaizen ( Kai = perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Setelah terjadi perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal kecil yang kita bisa.

*START FROM THE EMPHATY*

Inilah kuncinya.
Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga.
Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.
Setelah EMPHATY maka tambahkan PASSION , hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masayarakat

KELUARGA tetap no 1, ketika bunda aktif di masyarakat dan suami protes , maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang tujuan utama kita aktif di masyarkat.

Inilah indikator bunda shalehah, yaitu bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.

Salam

/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :
_Masaaki Ima, Kaizen Method, Jakarta , 2012_
_Ashoka Foundation, Be a Changemaker: Start from the Emphaty, 2010_
_Materi-materi hasil diskusi keluarga bersama Bapak Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari, 2016_

Materi #8 MIIP Misi Spesifik Hidup dan Produktivitas

Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #8

*MISI SPESIFIK HIDUP DAN PRODUKTIVITAS*

_Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional_

Bunda, perjalanan kita untuk menemukan misi hidup selaras dengan perjalanan produktivitas hidup kita. Maka materi menemukan misi hidup ini, akan menjadi materi pokok di kelas bunda produktif.
Sebelumnya kita sudah memahami bahwa “Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari”. Sehingga produktivitas hidup kita ini tidak akan selalu diukur dengan berapa rupiah yang akan kita terima , melainkan seberapa meningkat kemuliaan hidup kita dimata Allah dan seberapa manfaat hidup kita bagi alam semesta.

*Be Professional, Rejeki will Follow*

Tagline Ibu Profesional di atas menjadi semakin mudah dipahami ketika kita masuk ranah produktif ini. “Be Professional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. Kesungguhan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan peran hidupnya akan meningkatkan kemuliaan dirinya di mata Allah dan kebermanfaatan untuk sesama.
“Rejeki will follow’ bisa dimaknai bahwa rejeki setiap orang itu sudah pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.

*Uang akan mengikuti sebuah kesungguhan , bukan bersungguh-sungguh karena uang.*

Pada dasarnya menemukan misi hidup itu tidak ada hubungannya dengan usia seseorang. Semakin awal seseorang merasa “galau” kemana arah hidupnya, semakin “risau” untuk mencari sebuah jawaban “mengapa Allah menciptakan dirinya di muka bumi ini?” maka semakin cepat akan menemukan misi hidup.

Kalau di pendidikan berbasis fitrah, proses ini secara alamiah akan dialami oleh anak-anak pre aqil baligh akhir ( sekitar 10-13 th) dan memasuki taraf aqil baligh ( usia 14 th ke atas). Maka kalau sampai hari ini ternyata kita masih galau dengan misi hidup kita, maka bersyukurlah, karena kita jadi tahu kesalahan proses pendidikan kita sebelumnya, dan tidak perlu lagi mengalami hal tersebut di saat usia paruh baya yang secara umum dialami oleh sebagian manusia yang disebut sebagai (mid-life crisis). 

Maka sekarang, jalankan saja yang anda BISA dan SUKA tanpa pikir panjang, karena Allah pasti punya maksud tertentu ketika memberikan kepada kita sebuah kemampuan. Apabila kita jalankan terus menerus, kemungkinan itulah misi hidup kita.

Seseorang yang sudah menemukan misi hidup tsb apabila menjalankan aktivitas produktif akan lebih bermakna, karena keproduktivitasannya digunakan untuk mewujudkan misi-misi hidupnya. Sehingga selalu memiliki ciri-ciri :
a. Selalu bersemangat dengan mata berbinar-binar
b. energi positifnya selalu muncul, rasanya tidak pernah capek.
c. rasa ingin tahunya tinggi, membuat semangat belajar tinggi
d. Imunitas tubuh naik, sehingga jarang sakit, karena bahagia itu imunitas tubuh yang paling tinggi.

Ada 3 elemen yang harus kita ketahui berkaitan dengan misi hidup dan produktivitas :
a. Kita harus menjadi (memiliki mental) seperti orang yang kita harapkan (be)
b. Kita harus melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan (do)
c. kita mempunyai semua yang kita inginkan (have)

Dari aspek dimensi waktu ada 3 periode yang perlu kita perhatikan :
a. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)
b.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahunke depan ( strategic plan)
c. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution)

Setelah mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, maka mulailah berkomitmen untuk “BERUBAH” dari kebiasaan-kebiasaan yang anda pikir memang harus diubah.

Berikutnya mulai susun langkah-langkah usaha apa saja yang bisa kita lakukan untuk menunjang sebuah produktivitas hidup kita.Mulailah dengan menetapkan target waktu dan jadwal kegiatan selama satu tahun, serta menentukan ukuran atau indikator keberhasilan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.Buatlah prioritas dan pilih hal-hal yang memang kita perlukan. Hindari membuat daftar yang terlalu panjang, karena hal tersebut membuat kita “gagal fokus”. 

Demikian sekilas tentang pentingnya misi hidup dengan produktivitas, silakan dibuka diskusi dan nanti kami akan lebih detilkan materi ini secara real di nice homework #8 berbasis dari kekuatan diri teman-teman yang sudah dituliskan di Nice homework #7.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber bacaan:
_Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014_
_Materi Matrikulasi IIP, Bunda Produktif, 2016_
_Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015_

Materi #7 MIIP Rejeki itu Pasti Kemuliaan yang Dicari

Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #7
_Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional_

REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI

Alhamdulillah setelah melewati dua tahapan “Bunda Sayang” dan “Bunda Cekatan” dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”.

*Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk
menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR”*

Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati.
Para Ibu di kelas Bunda Produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.

“*Mungkin kita tidak tahu dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada. Sang Maha Memberi Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju
diri kita*”

Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya, demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar

Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah
bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga

Semua pengalaman para Ibu Profesional di Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para bunda untuk meningkatkan sebuah KEMULIAAN hidup.

“ *Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI* "

Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya” iya”, lanjutkan.
Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar “bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda produktif”.

Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap
karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.

Maka

Bunda produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang

Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita. Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.
Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya
Seorang ibu yang produktif itu agar bisa,
1. menambah syukur,
2. menegakkan taat
3. berbagi manfaat.

Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional).

Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.
Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga, untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh sungguh dan selalu bertaqwa.

Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya, Ketika sudah mendapatkannya ,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

Sumber bacaan:
_Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014_
_Ahmad Ghozali, Cashflow Muslim, Jakarta, 2010_
_Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015_

Materi #6 MIIP Ibu Manajer Keluarga Handal

Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6

_Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional_

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*

*Motivasi Bekerja Ibu*

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja, yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.

Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita, kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.

Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja di rumah?
a. Apakah masih “ASAL KERJA”, menggugurkan kewajiban saja?
b. Apakah didasari sebuah “KOMPETISI ”, sehingga selalu ingin bersaing dengan keluarga lain?
c. Apakah karena “PANGGILAN HATI”, sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?

Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga.
a. Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
b. kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses
c. Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.

*Ibu Manajer Keluarga*

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita
“Saya Manager Keluarga”, kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
a. Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.
b.Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
c.Buatlah skala prioritas
d.Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.

*Menangani Kompleksitas Tantangan*

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*a. PUT FIRST THINGS FIRST *
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.

*b.ONE BITE AT A TIME*
Apakah itu one bite at a time? -Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

*c. DELEGATING *
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita. Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda.Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya. Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

*Perkembangan Peran*

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih “*SEKEDAR MENJADI IBU*”.

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
a. Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “manajer keuangan keluarga.
b.Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.
c.Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.
Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
d.Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst
Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Hanya ada satu kata

*BERUBAH atau KALAH*

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi IIP/

SUMBER BACAAN
_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015_
_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_
_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009._