Rabu, 02 Oktober 2019

Cerita Menyapih Qiy

Saya deg2an ketika akan memulai menyapih beberapa bulan lalu. Antara yakin atau tidak. Iyaaa, saya ragu. Kenapa? Karena Qiy baru selesai toilet training 2 tahun kurang sebulan, dan rasanya ga mungkin 2 tahun tepat akan selesai menyapih. Pengennya sih santai  nanti-nanti aja dulu. Tapi selalu ada keinginan dari diri ini untuk segera menyapih. Hehee..
.
Akhirnya bulan April, Qiy 25 bulan mulai di-sounding untuk disapih. Sebelumnya says diskusi dulu dengan suami tentang sapih dan metode yang akan kami gunakan. Kami sepakat untuk tidak buru-buru, tidak memaksa anak, tidak berbohong, tidak menjauhkan ibunya, dan tidak menggunakan bahan yang dioles ke payudara seperti lipstik, jamu-jamuan, dan lainnya. Metode ini adalah pilihan kami sebagai orangtua dan insyaAllah terbaik untuk Qiy.

Suami bertanya, "Kapan target selesai menyusui?" Saya jawab sebelum lebaran. Kenyataannya adalah semakin saya sounding semakin dia ingin menyusu. Akhirnya saya pakai jurus, kalau dia minta berikan, kalau tidak jangan dikasih. Tapi, tetap saja ketika saya kelelahan atau tak sanggup menghadapi Qiy yg mengantuk, saya menawarkan ASI. Sampai akhirnya lebaran pun lewat.

Waktu berjalan terus, masih sounding, tapi masih menyusu juga. Meski frekuensi semakin lama berkurang, tapi jika akan tidur masih harus menyusu, hmmm mungkin mengempeng tepatnya. Membiasakan anak tidur dengan menyusu/mengempeng sepertinya membuat anak lebih lama disapih. Koreksi buat saya nih, agar kalau mempunyai anak lagi, dibiasakan tidur sesekali tanpa menyusu, bisa digendong atau ditimang.

Sampai Agustus kemarin, masih sama, perkembangan proses sapihnya lambat. Saya lelah. Tergoda mengoleskan jamu-jamuan. Tergoda untuk memberikannya adik. Kalau ada adik, mau tidak mau akan lepas dari ASI. Tapi semua belum saya lakukan, masih berusaha menjaga kesepakatan waktu dulu. Tapi, saya jadi sebel dan marah-marah tiap Qiy mengempeng. Suatu saat, Qiy menangis gara2 saya sebel dia mengempeng. Tapi, semakin saya sebel, dia semakin histeris nangisnya. Saya pun mengalah. Dia tertidur sambil menyusu dan saya menangis menyesali perbuatan saya. Saya sadar, bukan seperti ini caranya. Sudahilah dengan baik-baik. Bukankah dulu saya yg menginginkannya? Menyusui sampai 2 tahun? Bukankah harusnya saya bersyukur bahwa saya sudah menyusui selama 2 tahun lebih?

Setelah tenang, saya mulai mengatur strategi baru. Sounding yang semakin massive, usahakan Qiy kenyang sebelum tidur, berikan susu UHT lebih banyak dari biasanya (biasanya hanya 250 per hari), sibukkan Qiy karena jika ia bosan ia ingat menyusu. Tak lupa panjatkan doa kepada Allah agar dimudahkan.

September kemarin, beberapa kali Qiy tertidur dalam mobil tanpa menyusu. Suatu saat, Qiy tidak menyusu selama sehari lebih. Dia tertidur saat naik mobil (duduk di carseat dan tertidur). Baru beberapa waktu ini dia suka duduk sendiri di carseatnya, sebelumnya ga betah.

Saya dan suami melihat ini adalah momen yg berharga untuk menyapih. Meskipun beberapa hari ke depan kita akan bepergian dan Qiy sedikit batuk. Namun, saya rasa tidak masalah untuk Qiy. Dia tidak susah makan dan tidak demam.

Saat itu kita ke Cirebon dan Qiy tidak menyusu 30 jam. Namun, malam harinya masih rewel saat mengantuk. Akhirnya karena tidak tega, saya menyusuinya. Esoknya dia menyusu 2 kali  saja, karena bosan di hotel dan lelah bermain seharian. Tapi, ada kemajuan, ia mau tidur digendong. Betapa senangnya saya saat itu. Sewaktu di kereta pun dia tidur tanpa menyusu, hanya di pukpuk.

Namun besoknya masih menyusu sekali dua kali. Namun jika tidur sudah mau digendong. Sebuah perkembangan yang signifikan. Saya lupa tepatnya kapan Qiy terakhir menyusu. Antara 25 atau 26 September. Meskipun sampai sekarang masih minta, tapi sudah bisa ditolak atau dialihkan. Tidur pun sekarang sudah tidak digendong lagi. Tidur sendiri di kasur sudah bisa. Awalnya susah bobo siang, sekarang sudah bisa, bobo sendiri pula. Masya Allah. Semua ini tak lain berkat kemudahan yg diberikan Allah.

Bila saya ringkas, poin-poin penting saat menyapih adalah:

1. Pastikan orangtua siap
2. Diskusikan metode menyapih yang akan digunakan dengan suami, agar kita mendapat bantuan dan dukungan
3. Pahami kondisi kesehatan anak. Penuhi nutrisi anak.
4. Jangan terlalu memaksa anak. Dari meyapih ini, anak dan ibu sedang membentuk komunikasi dan kesepakatan . Hal ini berguna bagi keduanya untuk menyelesaikan konflik lebih besar di masa depan.
5. Berdoa kepada Allah. Dari-Nya lah segala kemudahan dan kekuatan berasal.
6. Sounding dan sabar.
7. Ajak anak berkegiatan untuk mengalihkannya dari menyusu.
8. Hindari posisi ibu yang membuat anak teringat akan menyusu. Qiy timbul keinginan menyusu kalau saya rebahan. Jadi saya menghindari posisi ini jika bersama Qiy.
9. Ajak suami bersama-sama menyapih.

Akhirnya Qiy pun lepas dari menyusu. Setelah selesai menyusu, saya merasa dia semakin sadar bahwa dia semakin besar, ada hal yang sudah tidak perlu dia lakukan dalam hal ini menyusui. Kesadaran ini terbentuk dari proses selama kita menyapih. Alhamdulillah.. selamat bertumbuh besar Qiy. Anak yang selalu hebat.

Sekian cerita dari ibook Qiy, semoga bermanfaat 😁

Tidak ada komentar:

Posting Komentar